BogorOnline.com, MEGAMENDUNG Sungguh ironis nasib yang dialami siswa SMP Nahdlatul Ulama (NU), karena sekolah tingkat pertama yang berlokasi di Kampung Babakan, Desa Cipayung Datar, Kecamatan Megamendung ini harus belajar di ruang kelas tanpa plafon. Akibatnya, proses belajar mengajar pun tidak nyaman, apalagi ketika hujan deras turun.
“SMP milik NU ini, siswanya merupakan warga yang tinggal di sekitar Desa Cipayung Datar, awalnya jumlah siswa yang belajar di sini banyak, namun karena sarana dan prasarana sekolah tak memadai, siswa tiap tahun menurun,” kata Burhanudin, guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Rabu (9/11)
Burhanudin mengungkapkan, dari tiga ruang belajar (rombel) di sekolah ini hanya dua yang digunakan, sementara satunya lagi tidak dipakai, lantaran kondisi bangunannya rusak parah. “Kegiatan belajar mengajar (KBM) terpaksa digilir,” ujarnya.
SMP NU ini kata Burhanudin, baru meluluskan satu angkatan saja. “Sekolah ini didirikan, untuk membantu warga Cipayung Datar memperoleh pendidikan lanjutan, sekaligus membantu program pemerintah menuntaskan program wajib belajar tingkat dasar sembilan tahun,” jelasnya.
Dari data yang dihimpun, SMP NU ini berdiri di tengah areal perkebunan the, mayoritas siswa yang menuntut ilmu di sekolah ini anak-anak dari pekerja perkebunan. Pihak sekolah pun tak mematok biaya masuk kepada siswa baru.“Kalaupun ada biaya, nominalnya tak lebih dari Rp 500 ribuan saja, SPP bulannya pun relatif ringan,” kata Burhanudin.
Sebagai informasi, tingkat pendidikan warga Kecamatan Megamendung terungkap rata-rata lulusan sekolah dasar. Bupati Nurhayanti, saat melakukan rebo keliling (Boling) mengintruksikan Camat Megamendung Hadijana meningkatkan rata-rata lama sekolah warganya minimal mengenyam pendidikan sembilan tahun. (Zah)