Ketua MUI Pertanyakan Siapa yang Melakukan Pembongkaran Masjid Nurul Iman Warung Loa

Cibinong – bogorOnline.com
Terkait penolakan pembangunan Masjid Besar di kampung Warung Loa Tamansari, yang dilayangkan oleh Masyarakat Kecamatan Tamansari. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor, KH Mukri Ajie, hari ini mengundang kiai dan alim ulama se-Kecamatan Tamansari.
Pertemuan berlangsung di Kantor MUI ini, dihadiri Kasi Kesra Pemkab Bogor Enday Zarkasyi, Kasi Penais Kemenag Kabupaten Bogor Ujang Ruhyat, dan Kepala KUA Tamansari Asep Hudri.
KH Mukri Ajie, mengatakan, pertemuan ini bersifat informal, meeting ini menindaklanjuti permintaan dari Bupati Bogor yang telah menerima surat keberatan dari masyarakat Tamansari soal rencana pembangunan Masjid Raya Tamansari di Kampung Warung Loa, Desa Sukaluyu dari sebagian besar umat Islam.
“Alasan keberatan antara lain masyarakat Tamansari tak diajak bicara. Letak masjid yang tidak strategis dan lain-lain. Surat keberatan masyarakat ini kan harus diverifikasi atau diklarifikasi sekaligus saya ingin mendapat penyampaian langsung, sehingga bisa melihat gestur dan sebagainya. Saya yakin ini objektif. Jadi kurang maslahat kalau di Sukaluyu,” ungkapnya.
Akan tetapi, kata KH Mukri Ajie, MUI dalam hal ini tidak dalam posisi memutuskan apapun.
“Tapi kalau pemda bertanya, MUI akan proaktif. Akan ikut memediasi. MUI tidak ada kepentingan apapun. Silakan musyawarah untuk kepentingan umat. Apalagi proses pembangunan nya menggunakan uang rakyat,” ujarnya.
Hingga saat ini, dana untuk pembangunan masjid besar atau masjid raya Tamansari ini, masih belum turun dari Pemkab Bogor, sesuai dengan RAB yaitu, Rp1,5 miliar. Namun begitu, Ketua MUI sangat menyayangkan dengan telah terjadinya pembongkaran Masjid Nurul Iman di Kampung Warung Loa, Tamansari.
“Ada apa ini? Sudah dibongkar padahal dana belum turun dan belum jelas, semua pihak belum sepakat. Siapa yang instruksikan. Belum jelas masalahnya, sudah dibongkar. Itu dosa besar. Kasihan jamaah,” tegasnya.
Lebih lanjut KH Mukri Ajie menjelaskan, ada beberapa kriteria pembangunan masjid raya.
“Antara lain ada landasan sejarah, paling pertama dibangun. Syiar jelas karena ibukota kecamatan. Jumlah jamaahnya banyak. SDM. Jadi kalau melihat semua ini, Masjid Al Muttaqin lebih representatif. Kalau Masjid Nurul Iman tak banyak jamaahnya. Kurang produktif. Ketua KUA Tamansari saja mekomendasikan pembangunan Masjid raya jangan di Nurul Iman,” tandasnya. (Nai)
ARTIKEL REKOMENDASI