Penampilannya sudah tak segagah dulu, keriput yang tergambar diwajahnya menandakan kerja kerasnya di waktu muda. Kerasnya kehidupan tak pernah ia sikapi dengan putus asa. Semangat, kerja keras dan semua pengorbanannya menjadikan aku lebih menyayanginya dan selalu menginspirasiku dalam segala hal. Sosok itu adalah Ayahku.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Rasanya, baru kemarin aku menjadi putri kecil yang ditimang dan dimanjakannya. Dengan bertambahnya usiaku, ada begitu banyak hal yang tanpa kusadari menjadi kenangan. Teringat dahulu saat aku menangis karena dimarahi Ibu, Ia selalu menghiburku agar aku berhenti menangis. Ia mengajariku banyak hal yang tidak ku mengerti sampai aku paham, walaupun tidak selihai ibu saat mengajariku tapi ia tetap memiliki kelebihan di lain sisi seperti dapat membuat suasana menjadi ramai di saat semua sedang berkumpul karena sosoknya yang humoris dan itulah yang membuatku sangat menyukainya.
Melihatnya banting tulang siang dan malam, Ia tetap memperlihatkan senyumnya dihadapanku maupun ibuku walaupun terlihat jelas dari wajahnya yang lelah setelah seharian bekerja. Tak heran jika ia sukar dibangunkan karena selalu pulang larut malam.
Saat Ia terbaring sakit karena terlalu banyak bekerja, aku hanya bisa melihatnya dengan rasa sedih dan ia bilang kepadaku untuk mendoakan kesembuhannya. Padahal dahulu saat aku sakit karena panas, ia menggendongku dengan bertelanjang dada katanya agar panas ditubuhku berpindah ke tubuhnya, entah itu benar atau tidak.
Terkadang disaat aku sedang putus asa dan murung, ia selalu menyemangatiku sehingga akupun tersadar bahwa permasalahanya lebih besar dibanding dengan masalahku dan ia masih tegar menjalaninya.
Ia selalu bilang padaku bahwa ia ingin anak-anaknya mempunyai lebih banyak kesempatan daripada dirinya, Ia ingin anak-anaknya bisa menyelesaikan kuliah dan meraih gelar. Ayahku bilang ia selalu menyebut namaku di dalam setiap doanya agar aku kelak menjadi anak yang bisa mengangkat derajat keluarga dan menjadi kebanggaan keluarga.
Ia selalu mengingatkanku untuk selalu bersyukur kepada Sang Pencipta. Mengingatkanku untuk menghargai orang lain. Mengajarkanku bagaimana menghadapi orang-orang yang tidak menyukaiku. Satu hal yang ku pelajari darinya yaitu menjadi orang yang bijak dan dewasa dalam menjalani persoalan dalam kehidupan.
Entah apa yang dipikirkannya, suatu waktu ia pernah meminta maaf kepadaku karena ia belum bisa mencukupi kebutuhan dan keperluanku. Ia bilang sebagai ayah ia masih banyak kekurangan. Sungguh aku menangis saat ia mengucapkan itu karena bagiku kasih sayang dan pengorbanannya untuk keluarga yang telah dia berikan saat ini sudah lebih dari cukup.
Terpikir olehku betapa sering aku meyusahkannya namun aku merasa hari – hari yang begitu bahagia karena kehadirannya. Aku bersyukur telah terlahir menjadi anaknya selain itu semangat dan pengorbanannya tak akan pernah ku lupa. Hanya doa yang tulus yang bisa kuberikan untukmu. Rasanya ribuan kata tak dapat mewakili rasa sayangku padamu jika dibandingkan dengan segala hal yang telah ia berikan padaku. Ayah, kenangan tentangmu telah ku simpan baik-baik karena itu adalah hal paling berharga untukku.
***
BIODATA PENULIS
Seorang mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta Program Studi Jurnalistik semester 4.
Nama : Pisca Azalea Kusnadi
TTL : Bekasi, 26 Februari 1998
Alamat : Alam Pesona Wanajaya P21 No.30Cibitung – Bekasi, 17520
Email : piscaazallea@gmail.com
No.Hp : 0896323202779