Bikin Baper, Ini Pesan Tersirat Bima-Dedie Mendaki Gunung Gede Bogor

Bima Arya : Cintai Bogor dengan Apapun yang Bisa Kita Mampu

bogorOnline.com

Sebuah bangsa tidak akan kehilangan pemimpin yang bijaksana dan adil selama para pemuda yang hidup di dalamnya masih menyukai dan menjelajahi hutan dan mendaki gunung. Filosofi itulah yang menjadi warisan Soe Hok Gie. Aktivis yang dikenal tegas, bersahaja serta tidak mau berkompromi dengan hal yang merugikan masyarakat ini juga melegenda sebagai pecinta alam sejati. Salah satu gunung favoritnya adalah Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat. Bahkan, salah satu puisinya bercerita mengenai Lembah Mandalawangi di gunung tersebut.

Kematiannya pada usia muda, yakni 27 tahun di puncak Gunung Semeru selalu dikenang aktivis muda. Meski telah tiada, karya dan pemikirannya tetap dikenang dan menginspirasi banyak muda-mudi hingga.

Mungkin semangat Soe Hok Gie ini pula yang membawa Bima Arya Sugiarto dan Dedie Rachim untuk menginjakan kakinya ke puncak Gunung Gede, Selasa (9/5/18).

Di sela kesibukannya bergerilya menyapa warga, calon Walikota dan calon Wakil Walikota Bogor 2018-2023 itu menyempatkan diri untuk lebih dekat dengan alam dengan mendaki gunung.

Sinar sang fajar mulai menyapa, langkah kaki menuju Puncak Gunung Gede pun dimulai dari dari jalur Gunung Putri, Cipanas, Kabupaten Cianjur. Bima-Dedie bersama Tim Badra pun memulai pendakian dengan ditemani oleh ranger yang merupakan warga setempat.

Usai pemanasan, pendakian Bima-Dedie dimulai dengan melintasi ladang sayur mayur milik warga. Hawa segar dan sunyi mulai menyapa Tim Badra saat mulai memasuki area hutan. Tim harus melalui 4 pos untuk menuju Alun-Alun Suryakancana sebelum akhirnya mendaki lagi untuk mencapai titik puncak Gunung Gede.

Bagi para pendaki profesional, Jalur Gunung Putri memang dikenal lebih terjal dan terjal dibandingkan dengan jalur Cibodas. Walau berat, jalur ini disebut sebagai jalur paling dekat menuju Alun-Alun Suryakancana.

Ada ratusan bahkan ribuan spesies flora dan fauna yang hidup di sana. Tak heran jika, C.G.C. Reinwardt yang merupakan pendiri Kebun Raya Bogor tertarik untuk mendaki ke Puncak Gunung Gede pada April 1819. Warga berkebangsaan Jerman itu pun tercatat sebagai yang pertama kali mendaki gunung tersebut.

Trek bebatuan hingga tanah yang licin pun dilalui oleh tim, tak terkecuali jalur dengan kemiringan sekitar 60-70 derajat. Pos demi pos pun dilalui, mulai dari Legok Leunca, Buntut Lutung, Lawang Seketeng, Simpang Maleber hingga pada akhirnya tiba di tempat favorit pendaki, Alun-Alun Suryakancana.

Walau jalurnya lebih berat, tapi perjalanan lewat Gunung Putri akan dibayar tuntas begitu kita masuk ke gerbang menuju Alun-Alun Suryakencana. Bayangkan, di ketinggian 2.759 mdpl, terdapat lahan seluas 50 hektar yang dihiasi dengan hamparan bunga edelweiss atau yang disebut pula bunga keabadian.

Bima-Dedie hanya membutuhkan waktu 3,5 jam dari pos pemeriksaan hingga Suryakancana. Hal itu membuat sang ranger kagum dan mengapresiasi.

“Ini bisa dibilang cepat sekali Pak. Biasanya pemula 6-7 jam untuk mencapai Alun-Alun Suryakencana. Bapak cuma 3,5 jam. Luar biasa,” ungkap Aceng, ranger yang juga warga setempat.

Kekaguman tidak hanya dirasakan oleh Aceng. Para pendaki lain yang mayoritas kawula muda mengaku kaget dengan kehadiran sosok Bima Arya Sugiarto yang mampu tiba di Gunung Gede.

“Ini seriusan bapak naik Gunung Gede. Kenapa nggak naik helikopter aja Pak biar cepet sampai. Kan capek Pak. Gila, keren Pak. Lain kali kita naik gunung bareng dong,” ungkap salah satu pendaki wanita asal Kedung Halang, lalu meminta berswafoto dengan Bima Arya. “Wah, walikota pertama ini yang naik Gunung. Mantap pak!,” timpal rekannya.

Tidak hanya pendaki dari Kota Bogor, Bima Arya juga di sapa oleh pendaki yang mengenali dirinya, mulai dari Kabupaten Bogor, Tangerang, Depok dan Jakarta. Kesempatan itu juga dimanfaatkan untuk foto bersama. Bima juga berpesan untuk menjaga kebersihan lingkungan dan berhati-hati ketika turun dan bermalam di lokasi.

“Saya takjub. Selama ini hanya mendengar Alun-alun Suryakancana. Seperti berada di dunia lain, dunia yang berbeda. Indahnya luar biasa. Tidak bisa terucap oleh kata. Di sana saya belajar sekali, bagaimana para pendaki gunung itu begitu terampil bekerja sama, saling menolong, saling mendorong, berbagi. Team work-nya luar biasa. Mereka ramah, menegur satu sama lain, saling menyemangati.
Ketika kami naik, disemangai oleh yang turun. Begitupun sebaliknya,” ungkap Bima.

Usai beristirahat sejenak, pendakian dilanjutkan ke Puncak Gunung Gede, Bima-Dedie membutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk mencapai puncak dari Alun-alun Suryakancana. Sampai di atas ketinggian 2.958 mdpl, keduanya tampak takjub dengan panorama alam dan bau kawah yang menusuk hidung.

“Naik Gunung Gede kemarin itu ada 3 maknanya. Pertama, hasil tidak pernah mengingkari proses. Semua ada perjuangannya. Jadi, tidak ada jalan pintas menuju puncak. Tidak ada jalan singkat menuju ke atas. Ini pesan untuk anak muda dan semuanya, tidak ada yang dadakan,” kata Bima

Kedua, lanjut dia, mendaki itu seperti mencintai. Bukan puncak gunung yang ditaklukan, tapi ego diri sendiri.

“Mendaki gunung itu belajar berdamai dengan hati. Mengelola hati dan ego supaya bisa jalan seiring. Mencitai juga begitu. Bukan menaklukan yang dicintai tapi berusaha memahami yang dicintai. Berdamai dengan hati kita supaya bisa berdamai dengan orang lain. Bogor pun begitu. Mencintai Kota Bogor berarti memahami diri kita. Apa yang kita bisa berikan untuk Kota Bogor,” bebernya.

Yang ketiga, bagi Bima mendaki itu sebagai simbol bahwa seorang pemimpin itu harus memiliki fisik yang prima.

“Karena persoalan itu lebih banyak di lapangan. Jadi, kita harus lebih banyak di lapangan dari pada di balik meja. Lahir batin harus prima. Bukan hanya walikota, tapi kepala dinas, camat, lurah fisiknya harus prima. Tidak mungkin menaklukan puncak gunung kalau fisiknya tidak prima,” ujar pria kelahiran Bogor, 17 Desember 1972 itu.

Puas mendekat dengan alam dan mensyukuri segala ciptaan-Nya, tim pun kembali turun ke pos Gunung Putri, Cipanas untuk bergegas menuju Kota Bogor. Tak lupa, sampah-sampah yang tim hasilkan, di bawa kembali ke bawah. (Nai/ist)

ARTIKEL REKOMENDASI