Ciawi – bogorOnline.com
Dalam penyebaran informasi pembangunan pertanian yang maju, mandiri dan modern dengan mengedepankan isu-isu strategis, khususnya yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian saat ini, Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian menyelenggarakan kegiatan Temu Kehumasan Tahun 2019. Dengan mengusung tema “Mengawal Pertanian Yang Maju, Mandiri, dan Modern” kegiatan ini, berlangsung selama dua hari, Kamis-Jumat/5-6 Desember 2019 di Jambu Luwuk Convention Hall & Resort JI. Raya Veteran Tapos 63 Ciawi, Kabupaten Bogor.
Sekretaris Itjen, Suprodjo Wibowo menyampaikan, pengendalian internal merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah kegiatan. Selama ini, kehumasan belum menjalankan pengendalian internal sesuai dengan pedoman Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP). Untuk itu, Inspektorat Jenderal sebagai pembina SPIP menyelenggarakan temu koordinasi kehumasan dengan unit eselon I lingkup Kementerian Pertanian untuk membahas peran pengendalan internal di bidang kehumasan.
Kegiatan diisi dengan materi tentang pembangunan kehumasan pertanian yang diarahkan langsung oleh Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian, Justan R Siahaan. Kemudian dilanjut dengan seminar dari dosen IPB, Dr. Anissa Utami yang mengangkat tema tentang “Menyapa Dunia Pertanian Indonesia”, di sesi pertama. Dan pada sesi kedua diisi oleh Rulli Nasrullah yang berbicara tentang Jejaring Informasi.
Menurut Suprodjo, dalam bidang kehumasan, pengendalian internal merupakan hal penting, terlebih humas sering bersentuhan langsung dengan publik.
“Pada kegiatan ini, juga dilakukan edukasi ujicoba survey dengan menggunakan alat voting yang hasilnya langsung dapat dilihat dan diolah. Survey ini juga merupakan salah satu bagian dari cara melakukan analisis dalam pengendalian kehumasan,” ungkap Suprodjo.
Sementara, Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian, Justan R Siahaan mengatakan, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merespon regulasi saat ini. Dimana pranata humas dituntut meningkatkan pengetahuan dan pemahanan tentang seni berkomunikasi yang baik.
“Kita ingin niat baik kita terkomunikasikan dengan baik. Banyak intelektual dan talenta-talenta tak terkomunikasikan dengan baik sehingga seolah olah Kementerian Pertanian itu ngga berbuat apa-apa,” kata Justan.
Ia melanjutkan, biasanya memang info yang dibuat Kementan itu adalah hasil pengawasan. Nah, ini dibalik. Pengawasan itu kan memastikan target-target atau tujuan yang di audit Kementan itu, memang benar apa adanya. Pilarnya itu tiga, bridge, control, dan goverment.
“Di goverment itu, yang paling kita pastikan itu adalah tujuan strategis Kementan itu apa. Lubuk pangan dunia. Dan itu melibatkan stakeholders. Itu bisa memprovokasi Indonesia untuk memastikan diri bahwa Indonesia itu DNA nya agraria harus punya cita-cita menjadi pemasok pangan bukan hanya penduduk Indonesia tapi juga negara lain,” ungkapnya.
Jadi, sambungnya, kenapa petani itu ngga kaya-kaya, karena intervensi pemerintah itu banyak salah arah. Karena itu, data-data terkait data tanam, data panen, data hama, dikumpulkan secara digital di pusat untuk dikendalikan. Kemudian dari sisi SDM dilibatkan juga petani untuk menjaga integritas data itu sendiri. Jika petani itu belum familiar dengan teknologi, justru disinilah kesempatan lapangan kerja itu muncul. Carilah anak-anak muda yang sudah terbiasa dengan android. Ini kesempatan kerja juga, kesempatan anak muda mencintai pertanian.
“Kita negara agraris tapi petani masih miskin. Sampai-sampai tidak ada orang atau anak muda yang mau jadi petani. Padahal pangan di dunia itu di Indonesia. Karena itu, perlunya seni komunikasi yang baik bagaimana kita bekerja untuk petani,” pungkasnya. (*/Nai)