BOGORONLINE.com, Kota Bogor – Wali Kota Bogor Bima Arya memimpin briefing staff bersama jajarannya di Kampung Cikeas, Katulampa, Bogor Timur, Kota Bogor, Selasa (3/11/2020). Dalam rapat luar ruangan tersebut, Bima Arya mengajak aparatur wilayah bersama jajaran dinas terkait untuk membenahi kampung-kampung yang perlu mendapatkan sentuhan total untuk meningkatkan taraf hidup warga, khususnya pada bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Dipilihnya rapat di Kampung Cikeas, lantaran wilayah ini sedang dilakukan pembenahan melalui pembangunan terpadu dalam program Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS).
P2WKSS adalah merupakan program peningkatan perempuan yang mempergunakan pola pendekatan lintas bidang pembangunan secara terkoordinasi yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga guna mencapai tingkat hidup yang berkualitas.
“Saya ingin betul apa yang sedang dilakukan di Kampung Cikeas ini menyebar ke semuanya. Menjadi inspirasi di wilayah-wilayah lain,” ungkap Bima Arya.
Meski begitu, Bima menegaskan kepada jajarannya bahwa kegiatan ini dilakukan bukan semata untuk mendapat predikat juara saja, tapi juga harus sistemik dan berlanjut. “Selama ini kelemahan utamanya tidak sistemik dan tidak suistan. Karena itu saya ingin titik ini menjadi pilot model kita, menjadi benchmark, melampaui P2WKSS. Ini adalah bagian dari janji kampanye. Bahwa penataan bukan hanya di pusat kota, tetapi juga di wilayah. Kita mulai di sini. Kita namakan ini benah kampung. Kita benahi secara substantif, betul-betul kita benahi dari sini,” jelas Bima.
“Ini juga bagian dari economic recovery, economic rebound kita di masa pandemi. Apa yang terjadi di sini akan dilihat dan akan menginspirasi kampung-kampung yang lain. Terutama para lurah di wilayah,” tambahnya.
Untuk itu, kata Bima, dalam penerapannya harus mengacu kepada standar indeks pembangunan manusia (IPM), yakni perekonomian, pendidikan dan kesehatan.
“Pada perekonomian, harus di data tentang jumlah pengangguran, jenis pekerjaan, jumlah penghasilan, kemampuan daya beli dan lain-lain. Tolong di mapping, saya minta angka. Warga di sini berapa, berapa persen yang bekerja, kerja dimana, yang pengangguran berapa orang, pendapatan mereka berapa, daya beli mereka dihitung average-nya berapa. Harus jelas datanya,” kata Bima.
“Yang kedua adalah pendidikan. Tolong dikoordinasikan mapping secara detail tingkat pendidikan di sini. Lulusan SD, lulusan SMP, lulusan SMA. Saya dengar di sini yang sampai kuliah hanya 19 orang. Jadi angka lama sekolah, angka harapan sekolah, termasuk yang buta huruf di data. Terakhir kesehatan. Angka harapan hidup coba dihitung di sini. Angka kematian ibu dan anak coba dipetakan. Tren penyakit juga apa saja,” terangnya.
Setelah mendapatkan data detail tersebut, Bima memerintahkan dinas-dinas terkait bersama aparatur wilayah untuk melakukan intervensi berbagai macam program.
“Disinilah baseline kita, nanti apa yang kita lakukan akan kita ukur. Nanti dalam waktu setahun, pengangguran berkurang tidak? Setelah kita intervensi berbagai macam program, daya beli meningkat tidak? Setelah kita bangun infrastruktur, pola hidup bersih dan sehatnya lebih bagus tidak?,” jelasnya.
“Ini pesan saya juga kepada camat lurah yang mengikuti briefing staff ini secara online. Tolong hal seperti ini juga dilakukan di wilayah masing-masing. Saya paham tidak mudah untuk mendata semua kelurahan. Tapi paling tidak silahkan usulkan kampung-kampung yang akan digarap secara totalitas seperti ini,” katanya.
“Semua itu ada teorinya, ada konsepnya. Saya belajar bahwa perubahan sosial itu ditentukan tiga hal, yakni infrastruktur, kultur dan aktor. Ada yang hanya fokus pada infrastruktur, kulturnya dicuekin, aktornya tidak digarap. Tidak akan jadi. Ada yang digarapnya hanya kultural saja, diajak perilaku hidup sehat, tapi infrastrukturnya tidak dibangun, ya tidak jadi juga. Ada yang fokusnya pada aktor. Pelatihan ini itu, tapi infrastrukturnya dan kulturnya tidak dibangun, sama saja. Jadi tiga itu harus total,” terangnya.
Bima pun memberikan target kepada jajarannya untuk melakukan pembenahan kampung secara total sebanyak 6 wilayah setiap tahun.
“Jadi Cikeas ini contoh pertama, bukan hanya fisiknya tapi perekonomian, pendidikannya, kesehatannya, semuanya.Jadi pembenahannya itu menyeluruh bukan hanya sekedar lomba saja. Kampung cikeas ini kekuatan utamanya adalah ternak, perikanan dan perkebunan,” pungkas Bima.
Sementara itu, Lurah Katulampa Dicky Iman Nugraha mengatakan, bahwa pembenahan Kampung Cikeas sudah berlangsung sejak awal tahun 2020.
“Sudah hampir 95 persen pembangunan fisik sudah hampir selesai,” ungkap Dicky.
Ia pun mengapresiasi partisipasi warga yang telah terlibat dalam program ini sehingga diharapkan bisa tumbuh rasa memiliki terhadap wilayahnya.
“Kampung Cikeas hanya terdiri dari 2 RT dengan jumlah penduduk 1.002 orang (244 KK), di mana 195 KK diantaranya merupakan keluarga miskin. Kita akan fokus ke depan untuk pemberdayaan masyarakatnya, jangan sampai pembangunan fisiknya bagus tapi masyarakatnya tidak sejahtera dan tidak sehat,” tandasnya.
Menurut Dicky, potensi wilayah ini ke arah budidaya ikan, bertani dan beternak.
“Kita sedang mencoba mengembangkan ternak burung puyuh dan ayam arab karena dari sisi ekonomi lebih ekonomis dan kualitas produksi lebih banyak. Jadi itu nanti akan kita kembangkan sehingga masyarakat punya penambahan sektor usaha yg baru dan penghasilan tambahan,” kata dia. (*)