BOGORONLINE.com – Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor memastikan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat Sekolah Tingkat Pertama (SMP) telah selesai dan berjalan lancar. Kendati demikian, evaluasi juga dilakukan untuk menyempurnakan sistem zonasi dan rencana penambahan Sekolah Menengah Pertama atau SMP.
Kepala Disdik Kota Bogor, Hanafi mengatakan, pihaknya mengevaluasi sistem zonasi, di mana PPDB sebelumnya tidak ada kuota presentase. Sedangkan tahun ini diterapkan kuota persentase dengan zona 1 lebih tinggi, sementara zona 2, 3 dan 4 akan lebih rendah.
“Tujuannya untuk memberikan asas keadilan bagi masyarakat di zona 4,” terang Hanafi yang didampingi Sekdisdik Kota Bogor Dani Rahardian dan Kabid SMP, Yosep Berliana, Kamis (21/7/2022).
Menurut Hanafi, animo dari masyarakat untuk masuk ke SMP negeri terbilang cukup tinggi. Dari data peserta didik yang mendaftar dalam dua tahap mencapai 14 ribu lebih. Sementara daya tampung sekolah masih tetap sama atau dengan kapasitas 5.600 peserta didik.
Perihal inilah, kata Hanafi, bagian evaluasi di mana rasio yang daftar dengan yang diterima cukup jauh. Di sisi lain jumlah SMP negeri di Kota Bogor terbatas. Oleh karenanya, pihaknya memiliki rencana untuk menambah SMP negeri di wilayah yang memang tipis berkesempatan masuk ke SMP negeri.
Wilayah dimaksud, seperti di Kecamatan Bogor Timur dan Kecamatan Bogor Utara. Upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Bogor melalui Disdik, kata Hanafi, sekolah satu atap di wilayah Kecamatan Tanah Sareal.
Pembangunan sekolah satu atap (SDN Kencana dan SMPN 21) sampai saat ini masih dalam proses pengerjaan dan ditargetkan sudah operasi pada 2024 mendatang.
Dalam rencana penambahan SMP negeri, pihaknya juga akan melihat beberapa SD yang memungkinkan untuk ditingkatkan menjadi SMP di wilayah Kecamatan Bogor Timur dan Kecamatan Bogor Utara. Disdik akan mengawali dengan melakukan kajian.
“Kita akan lakukan kajian dahulu, karena me-merger itu tidak sederhana. Kita merger apabila rasional untuk dilakukan, baru dilaporkan ke kementerian. Paling tidak masyarakat yang ada di Tanah Baru, Cimahpar itu bisa terfasilitasi. Selama ini kan harus ke SMPN 15 dan SMPN 20. Kemudian di Bogor Timur hanya mengandalkan SMPN 18 yang lokasinya jauh,” ujarnya.
Hanafi menilai rasio paling tidak untuk SMP negeri berjumlah 30 sekolah. Namun hal tersebut, sambungnya, baru sebatas sarana prasarana, belum bicara guru dan tenaga kependidikan. Terlebih di Kota Bogor ini masih kekurangan guru.
“Tapi, kita tidak melihat dari sisi itu. Kendala-kendala itu bukan menjadi kami pesimis. Apapun alasannya masyarakat butuh sekolah dan kita mengejar capaian sekolah baru 10,3 persen. Jadi ini yang menjadi PR kita untuk diperbaiki khususnya pola pendidikan yang ada di Kota Bogor,” paparnya. (Hrs)