BOGORONLINE.com – Berbicara mengenai aglaonema atau di Indonesia dikenal dengan sebutan Sri rezeki tak lepas dari sosok Greg Hambali. Gregori Garnadi Hambali atau yang biasa disapa Greg Hambali telah menghasilkan banyak varietas aglaonema sehingga dijuluki Bapak Aglaonema Indonesia.
Salah satu karyanya yang terbilang sukses dan cukup terkenal adalah aglaonema varietas Harlequin, yang dirilis tahun 2006. Hibrida ini dinilai dengan harga Rp660 juta dalam sebuah lelang yang diselenggarakan pada tahun 2006.
Pria kelahiran tahun 1949 ini hingga sekarang masih aktif dengan karya-karya aglaonema silangannya yang memesona dengan pelbagai warna, bentuk dan ukuran. Diketahui, Greg mulai menyukai aglaonema sejak tahun 1980.
“Yang nomor satu saya suka sesuatu yang baru dan saya lihat ini tanaman yang belum banyak ditangani orang, dan lagi tanaman indukan yang tertinggi itu asalnya dari Sumatera, sangat sayang kita sebagai orang Indonesia tidak ikut berperan dalam meningkatkan tanaman hias yang ada supaya bisa lebih cantik lagi. Kita jangan cuman jadi penonton saja,” ujarnya saat ditemui di Bogor Flora Festival, Kota Bogor, belum lama ini.
Greg memperkirakan ada seratus varietas aglaonema dari hasil persilangan yang dilakukannya dari awal dan beberapa varietas masih tetap eksis hingga saat ini. Dari sekian karyanya itu, ia mengaku aglaonema yang memiliki nilai tersendiri baginya, seperti varietas Lotus Delight dan Pride of Sumatera.
“Yang jelas tanaman bagus adalah yang makin besar makin terlihat keindahannya, contohnya Lotus Delight dan Pride of Sumatera, ditangan orang yang mampu merawatnya itu juga dikatakan satu varietas yang memiliki pesona tersendiri,” ujarnya.
Menurutnya, hal utama dalam perawatan tanaman dari suku talas-talasan atau Araceae ini mesti berangkat dari senang dahulu yang otomatis selalu memantau keberadaan tanamannya. Sehingga jangan sampai menyukai tanaman ini saat tengah “naik daun” saja.
“Jadi jangan cuman senang kalau harganya tinggi, tapi juga harus memiliki kepedulian waktu tanaman harganya rendah. Malah itu justru bagus, kalau orang lain sudah tidak suka lagi otomatis di pasar berkurang atau habis, dengan sendirinya saat ada yang membutuhkan itu menjadi kesempatan,” paparnya.
Ia menjelaskan, untuk perbanyakan aglaonema ini tergolong mudah bisa dilakukan dengan metode stek batang dan juga pemisahan anakan. Namun baiknya diperhatikan penggunaan alat potong untuk batang tanaman.
“Silet yang dipakai baru, sekali pakai buang, sehingga virus tidak menyebar melalui silet atau pisau yang sama digunakan terus menerus. Jadi untuk satu pot cuman satu potongan silet,” paparnya.
Secara pasar, Greg menilai aglaonema memiliki potensi besar tidak hanya di Tanah Air, namun ceruk pasar dunia. Seperti di Amerika Serikat disebutkan sudah banyak para penggemar aglonema yang bukan hanya menyukai aglaonema berwarna merah, akan tetapi tampilan warna yang hijau ataupun strip putih.
Aglonema juga, terang Greg, tanaman hias yang relatif lebih tahan di ruangan yang ber-AC dan memiliki kelebihan-kelebihan lain dibandingkan tanaman hias lain. Karena itu, aglaonema banyak yang suka dan penggemarnya bisa dikatakan dari waktu ke waktu terus bertambah.
Ia mengatakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi aglaonema punya nilai jual tinggi di pasaran. Diantaranya adalah varietas aglaonema baru, kondisi tanaman, termasuk daya beli dari aglaonema itu sendiri.
“Untuk tanaman yang baru otomatis harganya akan tinggi sekali, tapi tanaman yang sudah ditangani banyak orang harganya ditentukan oleh harga rata-rata. Jadi soal harga tergantung juga perawatan, kondisi tanaman dan sebagainya. Dan juga besarnya minat dan daya beli, harga berapa pun tidak diperhatikan,” katanya.
Bagi maestro aglaonema ini, konsisten dan ketekunan menjadi hal penting untuk menghasilkan sebuah aglaonema yang memiliki daya tarik khas. “Lihat bukan hasil yang sekarang tapi lihat jauh kedepan.”
Greg mengatakan, saat ini ada beberapa varietas aglaonema baru, salah satunya Jayanti. Aglonema varietas Jayanti dipasarkan dengan harga Rp50 juta per paket yang terdiri dari tujuh pot dengan 20 sampai 25 tanaman. (Hrs)