BOGORONLINE.COM – Anggota Komisi IV (4) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor, fraksi PDI Perjuangan yakni H. Slamet Mulyadi memberi pesan menohok kepada pemangku kebijakan yang berada di Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Bogor, akibat dampak Banjir bandang yang menerjang di Kampung Pensiunan Pondok 10, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, pada Minggu (02/03/2025) malam.
Slamet mengatakan, hari kedua (2) di bulan Ramadhan pihaknya sangat prihatin dengan peristiwa banjir bandang yang menggerus permukiman warga di kampung Pensiunan Pondok 10, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, malam kemarin.
Ia menjelaskan, dimana seharusnya warga masyarakat muslim pada umumnya yang sedang melakukan ibadah Puasa Bulan Ramadhan bisa dengan tenang dan khusyu.
“Namun kenyataannya untuk warga yang berada di kampung Pensiunan pondok 10, namun kini mereka (Warga, red) dalam melaksanaan hari ketiga puasa Ramadhan 1446 hijriah, kini harus menghadapi dengan musibah banjir bandang,” ujar Slamet Mulyadi kepada wartawan, Senin (03/03/2025).
Menurut Slamet Mulyadi, bencana alam yang secara tiba-tiba ini disebabkan akibat adanya dugaan pengrusakan di kawasan kebun teh Puncak Bogor, atas terbangunnya kawasan wisata yang makin hari semakin tidak terkendali.
Misalnya, masih kata Slamet, bangunan wisata milik Jaswita, karena sebelum-sebelumnya
tidak pernah terjadi Banjir Bandang seperti sekarang ini dan itu di akibatkan karena faktor alam atau kawasan kebun teh yang sudah tak mampu lagi menyerap air hujan deras yang datang secara tiba-tiba seperti pada malam kemarin.
“Dulu kawasan kebun teh masih dapat menyerap air hujan, tapi sekarang air hujan tidak lagi terserap dan langsung turun ke bawah ke perkampungan yang mengakibatkan Banjir Bandang menerjang rumah warga di kampung Pensiunan Pondok 10 tersebut,” ucap dia.
Politisi PDI Perjuangan ini menyarankan, semua perkebunan teh di Puncak agar dapat dikembalikan lagi seperti dulu pemanfaatannya, dan bangunan-bangunan yang ada saat ini semua perlu di evaluasi tidak terkecuali bangunan Wisata milik Jaswita.
“Kembalikan ekosistem yang sebelumnya ada di kawasan Perkebunan Teh sperti dulu pemanfaatannya, sebaiknya juga di cabut lagi izin-izin bangunan yang berada dikawasan serapan air. Agar puncak kembali seperti dulu sebagai perkebunan dan serapan air hujan di kawasan Puncak Bogor,” tegasnya.
Untuk diketahui, Bencana banjir bandang melanda kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, setelah hujan deras mengguyur sejak Minggu (2/3/2025) sore hingga malam. Luapan Sungai Ciliwung yang tak terbendung menyebabkan dua jembatan putus, sementara 119 rumah warga terendam akibat derasnya arus air yang mengalir ke permukiman.
Banjir ini juga mengakibatkan seorang warga bernama Asep Mulyana (55) hilang setelah rumahnya di bibir Sungai Ciliwung terseret arus yang meluap. Tim SAR bersama warga telah melakukan pencarian, namun hingga malam hari korban belum ditemukan.
Dengan status Siaga 1 yang sempat tercatat di Bendung Katulampa, kejadian ini menandai ancaman serius bagi warga Bogor dan Jakarta yang berada di sepanjang aliran Sungai Ciliwung.