“Quo Vadis” Pendidikan di Indonesia

Bogor Raya, Sosok1.4K views

Oleh : Yayat Supriyatna
Manajer Pendidikan SIT Asy-syifa Qolbu

Dunia dimana manusia “ada” (sebagaimana adanya manusia) dan “mengada” (bagaimana seharusnya manusia) adalah sebuah ruang dan waktu yang didalamnya segala peristiwa muncul, hadir memberikan warna dan nuansa yang berbeda, beragan dan selalu bergerak, berubah, berkembang dan maju. Dalam perspektif sejarah ada dua hal dalam perjalanan hidup (individu) dan kehidupan (social) manusia di dunia ini. Yang pertama, adalah; “sesuatu yang tetap” yang seharusnya mengendalikan pergerakan, perubahan, perkembangan dan kemajuan hidup dan kehidupan manusia. Yang tetap itu bersifat absolut, permanent, transenden, universal, konprehensif, multidimensi dan sacral, dimana semua akal manusia akan mengangguk kepadanya. Yang tetap itu adalah nilai – nilai yang telah diseleksi secara ketat oleh akal-pikiran dan hati-nurani manusia, kemudian membentuk norma yang akan menjadi basis moral manusia dalam bertindak dan berbuat. Kebenaran sebuah nilai lahir dari pengetahuan dan pemahaman secara luas dan mendalam akan makna dan hakikat mendasar setiap eksistensi. Dalam hal ini agama (baca: Islam) yang sanggup dan mampu menjelaskan makna dan hakikat setiap eksistensi apapun, siapapun, dimanapun, dan kapanpun? Pengetahuan dan pemahaman akan makna setiap eksistensi (konsep) akan melahirkan sebuah visi atau cita cita hidup dan kehidupan manusia, kemudian membentuknya menjadi sebuah kandungan batin (infrastruktur batin) manusia atau masyarakat yang akan mengalas setiap ide, gagasan, pemikiran dan tindakan manusia. Inilah dimensi kebudayaan yang membentuk manusia dan masyarakat.

Kedua, adalah: “sesuatu yang terus berubah, bergerak, dan berkembang”. Ketika manusia sanggup dan mampu mengetahui dan memahami makna dan hakikat setiap eksistensi, maka manusia akan mengetahui, mengerti, dan memahami bagaimana seharusnya manusia berbuat dan bertindak dalam hidup dan kehidupannya. Darisinilah harapan, keinginan, kemauan, dan kehendak yang seharusnya dimiliki manusia akan menjadi motivasi dan inspirasi dalam bergerak, berubah, berkembang dan maju. Mulailah manusia berpikir tentang sebuah ide dan gagasan yang melahirkan teori dan konsep untuk bertindak kemudian bermunculan menghiasi dan membentuk sebuah sisi dan dimensi hidup dan kehidupan manusia. Nilai, norma, dan moral telah melahirkan motivasi dan inspirasi yang membuat manusia tidak akan pernah berhenti untuk berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan berbagai hal dan bentuk sebagai suprastruktur lahir masyarakat, dari sinilah zaman / sejarah akan terus bergerak, berubah, berkembang dan maju yang membentuk peradaban manusia.

Supra-struktur lahir (baca: peradaban) akan cepat goyah, rapuh dan ambruk, jika tidak ditopang kuat oleh infra-struktur batin (baca: kebudayaan) masyarakat yang mengakar secara kuat menghujam kepaling dasar persoalan hidup dan kehidupan manusia. Agama (baca: Islam) dalam hal ini akan menjadi penopang yang kuat bagi sebuah kebudayaan dan peradaban yang berdiri tegak diatas pokoknya dan tinggi menjulang menjadi poros bagi gerak dan perubahan peradaban manusia. Melalui kebudayaan yang menancap dan mengakar kuat pada basis agama (islam), maka kebudayaan tersebut akan membentuk harga diri sebuah masyarakat atau bangsa, hingga bangsa lain akan menaruh simpati. Peradaban yang lahir dan muncul dari kebudayaan yang kuat dan berbasis pada agama (islam) akan tegak lurus diatas pokoknya menjulang tinggi yang akan membentuk citra diri sebuah masayarakat atau bangsa, dan bangsa yang lain akan menaruh hormat.
Harga diri dan citra diri sebuah bangsa-negara dapat dilihat dari dua perspektif, pertama perspektif peradaban. Sejauh mana sebuah bangsa-negara dapat mengelola sumber daya alam dan tekhnologi sebagai bahan material dalam menciptakan suprasturktur lahir sebuah bangsa-negara. Membangun suprastruktur lahir memerlukan SDM yang bersedia menyediakan waktu, tenaga, pemikiran dan keahliannya (baca: bakat, minat dan potensinya) dalam menciptakan berbagai hal yang kreatif dan inovatif bagi efektifitas dan epesiensi kehidupan manusia. Suprastruktur lahir sebuah bangsa-negara akan menentukan citra diri sebuah bangsa-negara dimata bangsa-negara lainnya.
Kedua, perspektif kebudayaan. Dalam hal ini, sejauh mana falsafah / ideologi yang menjadi seperangkat nilai kebenaran – kebaikan mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku masayarakat, hingga dapat membentuk sikap, pandangan, dan pendirian sebuah bangsa-negara. Bagaimana falsafah / ideology dapat membentuk kandungan batin sebuah masyarakat, hingga menjadi infrastruktur batin masyarakat yang menancap kuat ajeg membentuk identitas kesejatiannya. Darisinilah akan lahir kemauan, kehendak dan tekad yang kuat dan besar untuk menggerakan, merubah, mengembangkan dan memajukan bangsa-negara.
Kehebatan suprastruktur lahir (peradaban) sebuah bangsa-negara, akan goyah dan ambruk, apabila tidak ditopang oleh kekuatan infrastruktur-batin (kebudayaaan) yang kuat. Sebaliknya jika, nilai (falsafah / ideology) bangsa-negara tidak memberikan identitas, mengintegrasikan, dan menginspirasi bagi tumbuh dan berkembangnya sebuah peradaban, maka, falsafah / ideology tersebut harus masuk ke maja pengadilan intelektual, untuk kembali dikritisi, dan diseleksi secara ketat.
Dari asumsi diatas, dengan demikian citra diri dan harga diri sebuah bangsa-negara ditentukan oleh sejauh, seluas dan sebesar apa peradaban yang dibangunnya, hingga bangsa-negara tersebut disegani oleh bangsa-negara lainnya, dan sedalam serta sekuat apa kebudayaan yang dimilikinya hingga bangsa tersebut dapat dipercaya dan dihormati oleh bangsa-negara lainnya.
Sumber daya manusia merupakan supremasi tertinggi tumpuan dan harapan bangsa dimasa yang akan datang, oleh karenanya potret sebuah bangsa-negara dimasa depan sangat ditentukan oleh eksistensi Sumber Daya Manusia (SDM) kiwari, berkait dengan pola pikir, sikap, dan tindakannya. Pergerakan dan perubahan zaman yang semakin akseleratif, menuntut sebuah bangsa – negara untuk selalu siap dan sigap dalam menghadapinya. Untuk bisa masuk, bergaul dan bahkan mengendalikan pergerakan dan perubahan zaman dan untuk itu diperlukan sumber daya (SDM, SDA dan tekhnologi) yang besar dan kuat pula. Pergerakan, perubahan, perkembangan, dan kemajuan sebuah bangsa – negara ditentukan oleh sejauhmana persiapan dan kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya. Darimana SDM itu dilahirkan? Dalam hal pendidikan perannya menjadi sangat signifikan.
Pendidikan adalah sub-sistem dari sebuah negara yang eksistensinya sangat signifikan bagi keberlangsungan, perkembangan, keutuhan, dan kemajuan sebuah bangsa dan negara. Oleh sebab itu, membentuk, menjaga, merawat, dan mengembangkan pendidikan sama dengan membentuk, menjaga, merawat, dan mengembangkan sebuah bangsa dan negara.

ARTIKEL REKOMENDASI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *