Disdik Pusing Nyari Biaya Tambahan Perbaikan Gedung Sekolah Dijatah Rp 196 M

 

Cibinong – bogoronline.com – Target Pemerintah Kabupaten Bogor, menuntaskan perbaikan gedung SD tahun 2018 mendatang, sepertinya sulit direalisasikan. Pasalnya setiap tahunnya, jumlah ruang belajar (Rombel) yang diperbaiki atau direnovasi persentasenya masih kecil, padahal jumlah Rombel yang kondisinya rusak cukup banyak mencapai 3.100 unit.

 

“Tahun 2017  nanti, Dinas Pendidikan perbaikan Rombel mendapatkan jatah anggaran sebesar Rp 196 miliar, yang digunakan untuk memperbaiki 344 Rombel serta sebagian kecil pembangunan ruang kelas baru (RKB),” kata Kepala Dinas Pendidikan, TB. Luthfi Syam, Senin (05/12).

 

Luthfi mengungkapkan, dalam APBD 2017 yang disahkan DPRD Kamis pekan lalu, Dinas Pendidikan mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp 300 miliaran.

“Dari sisi alokasi, anggaran Dinas Pendidikan telah melampaui 20 persen dari ketentuan perundang-undangan. Nah, selain untuk infrastruktur, anggaran digunakan untuk membayar gaji dan tunjangan guru,” jelasnya.

 

Luthfi mengatakan, untuk menutup kekurangan anggaran perbaikan Rombel, Dinas Pendidikan mengupayakan bantuan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pendidikan dari pemerintah pusat. “Informasi terakhir sih, sekitar Rp 28 miliar sudah pasti, namun kami berharap ada tambahan mengingat jumlah Rombel yang kondisinya rusak cukup banyak,” ungkapnya.

Mantan Kasat Pol PP ini menjelaskan, Rombel rusak mayoritas di tingkat Sekolah Dasar (SD) baik sedang hingga berat, sedangkan untuk tingkat SMP dalam kondisi baik.

 

“Rombel yang rusak berat mendapatkan skala prioritas untuk diperbaiki menggunakan dana APBD reguler. Nah, untuk yang sedang kita upayakan pakai DAK dan bantuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat,” katanya.

 

Kepala SDN 01 Sukasari, Kecamatan Rumpin Sukarso Supriyati berharap, gedung sekolah yang dipimpinnya masuk dalam program perbaikan di tahun 2017 mendatang. “Kasihan siswa harus belajar diluar, karena kondisi sebagian ruang kelas tak layak huni,” ujarnya.

 

Dari hasil pantauan bogoronline, hampir semua ruangan kelas tak lagi memiliki plafon, sehingga kayu yang menjadi penyangga atap terlihat jelas dengan mata telanjang. Kondisi kayu pun tak lagi utuh, sebagian besarnya ditumbuhi jamur menandakan sudah lapuk. “Atap gedung sekolah ini tinggal menunggu ambruk saja, agar tak ada siswa yang menjadi korban belajar kami gelar di luar,” ungkap Supriyati. (Zahra)

 

ARTIKEL REKOMENDASI