BogorOnline.com — Ratusan warga Kampung Lemah Neundeut, Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, berharap Eiger Adventure Land (EAL) tempatnya mencari nafkah tidak ditutup pemerintah.
Warga menuturkan bahwa kehadiran kawasan wisata Eiger di Megamendung selama ini telah memberikan dampak besar dalam meningkatkan taraf perekonomian warga dengan memberikan lapangan pekerjaan bagi urang lebih 300 orang dari warga sekitar.
Tokoh masyarakat setempat, Fahmi, mengatakan bahwa sejak berdiri pada 2018, Eiger Adventure Land tidak hanya membuka peluang kerja bagi pemuda, tetapi juga bagi warga lanjut usia berusia 50–60 tahun.
Kehadiran Eiger, lanjutnya, turut mendorong tumbuhnya usaha kecil, seperti warung makan dan rumah kontrakan, serta membantu banyak keluarga menyekolahkan anak-anak mereka.
“Kalau sampai ditutup, masyarakat pasti terpukul. Ada risiko anak-anak putus sekolah karena orangtuanya kehilangan mata pencaharian,” kata Fahmi, Jumat (15/8/2025).
Sebelum ada Eiger, kawasan tersebut merupakan lahan gundul yang hanya ditanami sayuran dan pisang dengan sistem bagi hasil. Seiring kehadiran Eiger, dilakukan reboisasi dengan penanaman sekitar 50 ribu pohon, di mana masyarakat juga dilibatkan dan mendapat upah dari proses tersebut.
Hal senada disampaikan Ketua RT setempat, Mumuh. Ia menyebut mayoritas warganya kini bekerja di Eiger. Dari tiga RT, jumlah pekerja mencapai sekitar 300 orang.
“Dulu lahan ini tandus. Sekarang banyak pohon besar tumbuh, sehingga lebih hijau. Saya pribadi sangat mendukung keberadaan Eiger karena membuka kesempatan kerja. Kalau ditutup, kasihan warga yang kehilangan penghasilan,” ujarnya.
Beberapa pekerja lokal, seperti Wawan (50) dan Murji (48), juga menyatakan rasa syukur atas kehadiran Eiger. “Selama tujuh tahun bekerja di Eiger kebutuhan keluarga bisa terpenuhi. Kalau ditutup, kami bingung harus mencari kerja ke mana. Kami tidak punya ijazah, hanya bisa bekerja serabutan,” kata mereka.
Salah satu pekerja Eiger, ibu Yuyun (65 tahun), sejak diterima bekerja tugasnya bersama teman temannya adalah merawat tanaman dan hutan sekitar Eiger Land.
“Sejak tiga tahun lalu kami semua mulai bekerja di sini. Kami menanam bibit, mengurus bibit. Setelah bekerja di Eiger ini ada peningkatan kesejahteraan, Alhamdulillah ya kalau bisa sih tempatnya, jangan tutup, dibuka demi warga sekitar, berat hidup kami pak ya kalau misalnya ditutup terus cari kerja ke mana lagi pak,” tutur ibu Yuyun sembari mengusap linangan air matanya.
Kini, ratusan pekerja sedang dilanda kekuatiran terhadap adanya informasi penutupan lokasi ekowisata Eiger menyusul aksi yang dilakukan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq sejak beberapa bulan belakangan. Menurut para pekerja, jika penutupan terjadi bakal berdampak langsung pada meningkatnya pengangguran dan terancamnya perekonomian lokal.
Sebelumnya, Ketua Aliansi Masyarakat Bogor Selatan (AMBS), Muhsin, mengaku kerap mendapatkan pengaduan masyarakat yang terdampak akibat penutupan sejumlah tempat usaha oleh Menteri LH.
“Setiap hari kami mendapat pengaduan dan curhatan warga yang tempat usahanya telah disegel dan diratakan. Kami tidak tega. Kami mendukung penataan kawasan Puncak akan tetapi juga pemerintah harus memikirkan nasib dan perut warga,” ungkapnya.
Ia menambahkan, iklim investasi di kawasan saat ini mulai terganggu khususnya bagi bisnis pariwisata. “Banyak hotel dan resort yang disegel. Ada puluhan yang disegel. Akibatnya tidak sedikit tamu yang pulang lagi setelah melihat plang penyegelan,” imbuhnya.
(Acep Mulyana)





