CIBINONG- Kabupaten Bogor dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggaraan Muzakarah Tauhid Tasawuf ke IV Asia Tenggara. Setidaknya, 200 ulama muslim dari negara-negara ASEAN itu berkumpul di Pondok Pesantren Raudhoh Al-Hikmah, Cibinong mulai 25-27 Agustus 2016.
Derasnya arus global disertai modernisasi jadi topik dalam diskusi dan tausyiah yang diberikan para ulama. Tentu untuk tetap mempersatukan umat muslim di dunia khususnya di kawasan ASEAN, lewat muzakarah (seminar) yang bertajuk “Menyongsong Generasi Baru Memberkahi Nusantara”.
“Ini untuk menghimpun gagasan-gagasan yang prospektif dan saran-saran yang konstruktif dari para ulama se-ASEAN yang berharga bagi negara masing-masing untuk mengatasi persoalan-persoalan masyarakat,” kata Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Ade Ruhandi usai membuka acara itu, Kamis (25/8).
Menurut pria yang berkesempatan mewakili Bupati Bogor, Nurhayanti dalam pembukaan melanjutkan, ulama dengan intelektualitas dan ketokohannya, dipercaya masyarakat dalam menjalankan syariat islam termasuk menyikapi persoalan kehidupan sehari-hari.
“Tentunya para ulama harus menguasai persoalan budaya dan ekonomi. Karena peran ulama itu salah satu pilar pembangunan bidang agama. Jadi kami harapkan, lewat kegiatan ini bisa mewujudkan itu semua,” lanjutnya.
Ketua Panitia Pelaksana, Khairunnas mengungkapkan, kegiatan ini pertama kali digelar di Kabupaten Bogor. Sementara pertama kali diselenggaran di Meulaboh, Aceh Barat pada 2009, Malaysia 2011 dan ketiga di Aceh Barat Daya Asia pada 2013 lalu.
“Kali ada sekitar 2.500 peserta. Tapi tidak cuma dari ASEAN, ada juga jamaah dari China dan Amerika Serikat. Dimana peserta terbanyak berasal dari Aceh sebanyak 1.300 orang. Malaysia sekitar 500 dan selebihnya dari negara lain dan Pulau Jawa,” ujar Khairunnas.
Sementara Pimpinan Keluarga Besar Wali Songo, Muhammad Dhiauddin Kuswandi mengaku prihatin terhadap umat islam saat ini, mengalami kemunduran dalam tiga aspek yakni, dalam hal moral kemaksiatan, ukuwah lemah dan ketakwaan berkurang.
“Ketiganya bisa diatasi jika semua umat islam menyadari pentingnya pengamalan islam secara integral dan utuh. Perilaku masyarakat masih perlu diperbaiki, karena saat ini pola islam itu lebih pada seremonial, solat zakat, puasa. Tapi tanggung jawab sosialnya lemah,” tegas Dhiauddin.
Pemuka agama besar yang hadir dalam acara ini diantaranya, Syekh Rahimuddin Nawawi Al-Bantany (Pimpinan Kerukunan Ulama Nusantara), Tokku Ibrahim Muhammad (Syekh Thariqot Syatariyah Malaysia), Abuya Syekh H. Amran Waly Al-Khalidi (Pimpinan Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf dan Syekh Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah), KH Zain Djarnuzi (Pimpinan Pondok Pesantren Raudhoh Al-Hikam) dan Dr Muh. Diauddin Kuswandi (Pimpinan Keluarga Besar Walisongo). (cex)





