bogorOnline.com-
Kerajaan padjadjaran sering disebut juga dengan nama kerajaan sunda, pasundan atau pakuan pajajaran. Kerajaan pajajaran ada sejak 669 hingga sekitar 1579 masehi, dengan daerah kekuasaan banten, Jakarta, jawa barat dan bagian barat jawa tengah. Pengetahuan mengenai kerajaan diantara orang-orang sunda tetap hidup dalam pantun sunda dan juga puisi serta legenda raja siliwangi (prabu siliwangi) merupakan raja yang paling terkenal di tanah sunda.
Kerajaan padjadjaran merupakan hasil penyatuan kerajaan galuh dan sundapura. Catatan paling banyak tentang kerajaan pajajaran datang dari naskah seperti Wangsakerta, Carita parahyangan, Kidung sunda, Bujangga Manik dan Pustaka rajyarajya i bumi nusantara. Selain itu juga Jayabupati, Kawali dan Batutulis. Berdasarkan naskah Wangsakerta, raja Tarusbawa dari Sunda sambawa, seorang pengikut kerajaan Tarumanegara, menggantikan ayah mertuanya sebagai raja ke 13 Tarumanagara.
Berdasarkan sejarah Galuh, kerajaan pajajaran berdiri setelah wastu kencana meninggal di tahun 1475. Hal ini dikarenakan setelah kematian Rahyang wastu kencana galuh susuktunggal dan terpecah dua, Pajajaran atau Pakuan Pajajaran yang berpusat di Pakuan (Bogor) dibawah kepemimpinan raja Susuktunggal (Sang haliwungan) dan kerajaan Galuh menduduki parahyangan kawali.
Sejarah kerajaan pajajaran tidak bisa dipisahkan dari kerajaan pendahulunya di jawa barat yaitu kerajaan tarumanagara, kerajaan sunda dan kerajaan galuh juga Kawali. Ini dikarenakan kerajaan pajajaran terbentuk sebagai kerajaan lanjutan dari kerajaan-kerajaan sebelumnya tersebut. Raja – raja dari kerajaan pajajaran yang pernah memimpin yaitu : Raja Susuktunggal (1475-1482), Raja Siliwangi II (1482-1521), Raja Surawisesa (1521-1535), Ratu Dewata (1535-1543), Ratu Sakti (1543-1551), Ratu Nilakendra (1551-1567), Prabu Surya Kencana (1567-1579), Nahyang Riskala Wastu Kencana, Rahyang Ningrat Kencana, Sri Baduga Maharaja, Hyang Wuni Sora, Prabu Surawisesa, dan Prabu Ratu Dewata.
Kehancuran kerajaan Pajajaran terjadi di tahun 1579 dikarenakan serangan kerajaan sunda lainnya, yaitu kesultanan Banten. Di akhir era dicatat dengan diboyongnya palangkaraya Pajajaran sriman sriwacana (singgahsana raja berbentuk bongkahan batu berukuran 200 x 160 x 20 m) dari pakuan ke surasowan di banten oleh pasukan yang dipimpin maulana yusuf. Tujuan dibawanya singgasana batu milik raja pajajaran ini ke banten sebagai tradisi politik yang menutup kemungkinan di pakuan dilakukan pengangkatan raja baru sehingga maulana yusuf yang merupakan pewaris kekuasaan pajajaran karena neneknya merupakan anak perempuan dari sri baduga maharaja (raja siliwangi II) menjadi pemegang kekuasaan selanjutnya.
Semasa kejayaannya kerajaan Pajajaran meninggalkan beberapa Peninggalan bersejarah seperti prasasti sanghyang tapak di sukabumi, prasasti batu tulis di bogor, prasasti rakyan juru panambat, prasasti astanagede, prasasti horren, prasasti kawali di ciamis, tugu perjanjian portugis di kampung tugu Jakarta, taman perburuan (sekarang kebun raya bogor), kitab cerita kidung sundayana dan parahyangan.(rul
Sumber irisindonesia.com