BOGORONLINE.COM, SUKAJAYA – Bencana longsor dan banjir yang dipicu hujan dengan intensitas tinggi terjadi di Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor, pada awal tahun 2020, menyisakan duka mendalam bagi para korban. Bencana itu menyebabkan belasan orang meninggal dunia dan rumah milik warga tertimbun longsor, ribuan orang masih mengungsi hingga saat ini. Bencana juga meninggalkan trauma bagi sejumlah orang yang mengalaminya langsung.
Salah satunya dialami pasangan suami istri Reno (40), dan Erna 38, serta ketiga anaknya yang bernama Devi lestari (21), Erdi Naufal (14), Arya wijaya dan (7), Tiara Aulia Putri (1.2). Keluarga ini merupakan warga Kampung Banar, Desa Banar, Kecamatan Sukajaya.
Cucum Sumiati (58) merupakan ibu kandung dari Reno menceritakan, bagaimana anak dan menantu serta cucunya selamat dari reruntuhan tanah longsor. Ia menceritakan reruntuhan rumah nyaris menimpa Reno dan anak-anak serta istrinya.
“Saat itu, Reno melindungi anaknya dari reruntuhan rumah dengan merangkulnya, lalu reruntuhan itu menimpahi badan Reno, kalau istrinya itu langsung ditarik bagian kakinya, kemudian mereka berhasil keluar dari rumahnya itu, “ujarnya.
Cucum mengatakan anak menantu dan cucunya itu saat ini mengungsi di rumahnya, di Kampung Pasir Kupa, Desa Harkat Jaya Kecamatan Sukaraja.
Reno sempat mencari perlindungan di sana, dan ada warga yang membantu anaknya yang kondisinya sudah pucat. Bahkan, ketika di tengah perjalanan anaknya yaitu Putri yang masih kecil saking kehausan terpaksa meminum air hujan yang menempel dari dedaunan.
“Anak saya, membawa istri dan anaknya menuju rumah saya dengan berjalan kaki menyisiri hutan memutar dipinggiran gunung, dari pukul 08.00 sampai kerumah saya pukul empat sore bersama warga lainnya,” katanya
Mereka menyusuri pinggiran tebing, bersama beberapa pengungsi yang rumahnya juga terkena longsor. Karena akses jalan tertutup longsor, jadi mereka harus memutar dan menyisiri pinggiran gunung.
Melihat menantu dan anak yang kondisinya sudah sangat lemah setelah berjalan cukup jauh dan tidak membawa bekal makanan Cucum mengaku sangat sedih. “Kondisinya sudah sangat pucat, saya saat membuatkan teh manis itu badan gemetar, kaget melihat kondisi mereka,” kata dia.
Menurut Cucum, sebelum longsor, sempat terjadi gempa di Desa tempatbtinggal anaknya. “Dari situ saya selalu waswas, sekitar pukul 18.30, sehabis solat magrib saya merasa ada gempa. Baru kejadian longsor pagi-pagi terjadi, “ungkapnya. (Mul)