Kota Bogor – bogorOnline.com
Bunga bangkai raksasa dengan nama ilmiah Amorphophallus titanum yang berada di Kebun Raya Bogor mulai mekar pada Sabtu, 4 Januari 2020. Mekarnya bunga yang memiliki tinggi mencapai 194 sentimeter tersebut sepertinya menjadi kado awal tahun bagi Kebun Raya Bogor.
Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, R. Hendrian mengatakan, bunga bangkai ini termasuk suku talas-talasan (Araceae) sehingga memiliki umbi. Umbinya juga berukuran raksasa dengan berat dapat mencapai 117 kilogram.
“Umbi dari individu yang akan mekar ini diperoleh dari kerjasama LIPI dengan Kebun Raya Liwa, Lampung,” ujar R. Hendrian dalam keterangannya, Sabtu 4 Januari 2020.
R. Hendrian menjelaskan, konservasi jenis-jenis tumbuhan terancam di Indonesia akan menjadi salah satu fokus utama kegiatan penelitian LIPI di tahun ini.
“Beberapa kegiatan eksplorasi juga akan dilakukan untuk meningkatkan secara signifikan jumlah jenis tumbuhan terancam yang terkonservasi secara ex-situ di Kebun Raya Indonesia,” terangnya.
Ia menambahkan, fasilitas penelitian di Kebun Raya Bogor terus dioptimalisasi dan direvitalisasi. Seperti awal tahun ini, pembangunan rumah kaca dan laboratorium anggrek segera dimulai.
Sementara itu, peneliti bunga bangkai Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, Dian Latifah menjelaskan, bahwa Amorphophallus titanum berbeda dengan Rafflesia meski keduanya dikenal masyarakat dengan sebutan bunga bangkai.
“Rafflesia merupakan tumbuhan parasit dengan pohon inang Tetrastigma spp. atau anggur hutan,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan, Amorphophallus titanum memiliki fase daun dan fase bunga yang tidak bersamaan. “Fase daun dapat mencapai satu sampai dua tahun. Setelah itu umbi akan memasuki masa istirahat atau dorman yang bisa lebih dari satu setengah tahun, kemudian berbunga,” ujar Dian.
Ia mengatakan, perbungaan Amorphophallus titanum merupakan sekelompok bunga kecil jantan dan betina yang menempel di bagian dasar tongkol. Tongkol atau spadiks yang berwarna kuning dikelilingi oleh seludang bunga yang berwarna merah keunguan.
“Tinggi spadiks dapat mencapai tiga meter menjadikan Amorphophallus titanum dijuluki Bunga Raksasa,” imbuh Dian.
Lebih lanjut, kata Dian, bunga jantan dan betina tidak masak bersamaan. Bunga betina masak di malam hari dan mengeluarkan bau busuk seperti bangkai.
“Pada proses ini terjadi peningkatan suhu di bagian tongkolnya sehingga kadangkadang dapat mengeluarkan asap,” papar Dian.
Sementara bunga jantan akan masak pada keesokan harinya.
“Secara alami bunga bangkai sulit menyerbuk sendiri. Penyerbukan dapat terjadi dengan bantuan serangga penyerbuk atau manusia,” terangnya.
Dian menandaskan, bahwa LIPI saat ini telah meneliti kandungan umbi dari bunga bangkai.
“Umbinya bermanfaat karena kandungan glucomannan yang memiliki kegunaan sebagai zat pengental, jelly kaya serat (dietary fibers) dan suplemen untuk diet kolesterol, gula darah dan agen control berat badan,” tandasnya.
Untuk diketahui, Amorphophallus titanum sendiri masuk dalam kategori tumbuhan langka berdasarkan klasifikasi dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan keberadaannya dilindungi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Poerba dan Yuzammi (2008), kelestariannya memerlukan bantuan manusia dalam bentuk pembibitan massal dan cepat, misalnya kultur jaringan, dan diikuti reintroduksi di alam. (*/HRS)