BOGORONLINE.com, Kota Bogor – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor berencana akan menerapkan pengolahan sampah organik dengan metode budidaya maggot di setiap kelurahan.
Demikian hal itu diungkapkan Kepala Bidang Persampahan pada DLH Kota Bogor, Dimas Tiko PS saat memanen maggot di Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS 3R) di kantor DLH pada Senin (27/7/2020).
Saat ini, lanjut Dimas, pihaknya mencoba memanen maggot setelah 20 hari sejak ditempatkan di media baskom. Pihaknya juga masih menghitung untuk jumlah yang dihasilkan dari masa panen perdana budidaya maggot.
“Awalnya bibit maggot 12 gram untuk ditebar ke empat media, tapi berapa hasil panennya bisa ada yang mencapai satu gram menghasilkan satu kilogram. Mudah-mudahan hasilnya maksimal,” ujar Dimas.
Ia mengemukakan, kedepan hasil panen ini akan diuji lab apakah bagus atau tidak. Maggot ini juga bisa menjadi teknologi dalam menghabiskan sampah organik minimal di tingkat RT.
“Karena ini tidak bau dan larva dari lalat hitam. Kalaupun ada lalat hijau hinggap dibak berisi maggot, lalat hijau akan mati,” tandasnya.
Sebelum diterapkan di warga, DLH sendiri di lingkungannya mengajak pegawai membawa foot wash atau sampah organik untuk pakan maggot setiap harinya. “Ini sebagai contoh positif, menghabiskan sampah organik itu seperti ini,” ungkap Dimas.
Dimas menambahkan, apabila pasokan pakan kurang seiring pertumbuhan maggot, pihaknya coba memilah sampah dari truk DLH yang akan membuang sampah ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS).
“Kami juga mendorong temen-temen supermaket, restoran, hotel dan lainnya agar memilah sampah. Bukan hanya non organiknya bisa dimanfaatkan, tapi organiknya bisa dimanfaatkan,” tuturnya.
“Pagi-pagi saya juga sekarang membawa keresek berisi sampah organik dari rumah ke kantor. Ini untuk menghitung juga sehari berapa banyak sampah organik yang dihasilkan dari satu keluarga,” tambah mantan Kabid Dalops Satpol PP itu.
Dirinya berharap percontohan di DLH bisa dikembangkan hingga di tingkat RT dan RW sejalan dengan tujuan awal untuk mengurangi sampah organik. Karena, sambungnya, selama ini tujuan mengurangi sampah yang diangkut dari sumbernya sampah.
“Saat ini sudah ada beberapa kelurahan yang tertarik, termasuk skala RT sudah menanyakan. Akan didorong TPS3R yang sudah mengelola ini lebih maksimal. Minimal mereka datang belajar dahulu sambil praktek,” ungkapnya.
Dimas menerangkan, untuk biaya itu bibit dan alat-alat lainnya harus disiapkan juga. Nanti diproyeksi di kantor DLH ada kandang bibit dan hasil panennya akan dikirim ke TPS3R Mutiara Bogor Raya (MBR).
“Maggot ini apakah untuk pakan lele atau seperti apa, akan dilihat mana yang lebih memungkinkan. Meski saat ini lebih banyak untuk pakan lele. Tetapi, kembali lagi siklus ini untuk mengurangi sampah organik. Kenapa tidak, dengan metode ini lebih dikembangkan dan didorong untuk menambah nilai ekonomisnya,” pungkasnya. (Hrs)