Teologi Bencana

Headline, Sosok1.3K views

Yayat Supriyatna

(Penulis Adalah Praktisi Pendidikan Indonesia Tinggal di Kabupaten Bogor)

Bencana pandemic Covid-19 belum usai dan jumlah korban yang terpapar masih terus beranjak naik, banjir bandang di Cirurug dan Parung kuda Kabupaten Sukabumi telah menelan korban, Jakarta mulai tergenang banjir, dan pintu krisis ekonomi akan mulai terbuka diakhir bulan September ini. Suasana yang relative berat yang sedang dan akan kita jalani belakangan ini memerlukan persiapan dan kesiapan kita untuk menghadapinya. Dalam ilmu psikologi-sosial dinyatakan, secara empiris kita akan melihat watak dan perangai seseorang yang aslinya ketika berada dalam suatu masalah. Kita akan tahu watak asli pemerintah kita dalam menghadapi pandemic covid-19 ini, apakah dia berpihak kepada rakyat yang memilihnya atau kepada para pemodal yang membiayai ongkos politiknya?

Indonesia secara geografis berada diatas lapisan bumi yang memiliki potensi untuk terjadinya gempa, dikelilingi gunung yang berpotensi meledak, dikelilingi sungai yang berpotensi banjir, dan dikepung lautan yang berpotensi tsunami. Inilah dunia tempat kita berpijak yang harus diketahui, dikenali, dimengerti, dan dipahami. Jika bumi sudah mulai bergerak, air sungai mulai meluap, gunung mulai gelisah, laut mulia goyang, dan ketika virus / bakteri / penyakit sudah mulai menyebar, perubahan dan pergerakan alam ini akan berpengaruh besar pada tatanan kehidupan manusia yang telah, sedang, dan akan dibangun.

Ada hubungan triadic yang harus dipahami secara benar dan baik dalam kehidupan ini, yaitu, Allah-Alam-Manusia. Hubungan ini tidak bisa dipisahkan, kerana salah menjalin hubungan akan berakibat fatal bagi tatanan kehidupan. Hubungan dialektis Allah dengan Alam adalah hubungan Allah sebagai Pencipta, Pemilik, dan Pengatur alam raya ini melalui sunatullah-Nya, hubungan Allah dengan Manusia adalah hubungan Allah sebagai Pencipta, Pemilik, dan Pengatur manusia melalui wahyu-Nya dan menempatkan manusia sebagai Khalifah-Nya, dan hubungan antara manusia dengan alam raya ini adalah hubungan dimana alam sebagai titipan dari Allah yang dipercayakan kepada manusia untuk menjaga, merawat, dan mengelolanya guna kesejahteraan seluruh manusia.

Dalam hubungan manusia dengan alam raya / bumi ini, manusia yang harus mengenal bumi ini dengan benar dan baik. Mengenal dengan benar dan baik siapa yang bukan aku maka kita akan mengetahui bagimana membangun interaksi dan relasi dengan benar dan baik dengan yang bukan aku. Mengenali bumi dengan benar dan baik, maka kita akan benar dan baik pula dalam membangun relasi dan interaksi dengannya. Darisinilah manusia dituntut harus mengetahui secara luas dan mendalam sebagai mana luas dan mendalamnya bumi ini. Jadi, ilmu pengetahuan yang benar dan baik tentang bumi ini akan membantu manusia bagaimana hidup berdampingan dan bersamanya secara harmoni.

Secara ontologis, Al-quran memandang bahwa bencana itu merupakan bagian dari sunatullah, yang memang telah menjadi design Tuhan. Bencana tidak mungkin terjadi kecuali atas izin Tuhan dan atas sepengetahuan-Nya, namun bukan serta merta manusia kemudian menyalahkan Tuhannya, karena terdapat berbagai penyebab bencana itu terjadi:
1. Sering mendustakan ayat – ayat Allah dan ajaran para Rasul
Ayat – ayat Allah yang mengatur seluruh ciptaan-Nya merupakan kebenaran yang mutlak yang jika didustakan, maka kita mendustakan kebenaran, dan mengambil kesesatan / kesalahan dalam mengatur tata kelola alam dan kehidupan ini.
2. Zalim, menganiaya diri sendiri dengan tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya
Keadilan adalah nilai tertinggi dari kebaikan, berlaku adil pada siapapun, apapun, dan dimanapun maka kita sedang menjalin hubungan baik dengannya. Jika kita menempatkan sesuatu (apapun, siapapun dan dimanapun) tidak sesuai dengan yang semestinya, maka kekacauan dan ketidak seimbangan akan terjadi

3. Berlebihan dalam bermaksyiat kemudian mengeksploitasi alam
Hedonisme, sebagai anak haram dari kapitalisme telah membuat manusia serakah untuk memenuhi hasrat liar dan nafsu kebinatangannya, maka eksploitasi baik terhadap manusia itu sendiri maupun terhadap alam sulit dihindari, darisinilah ketidak seimbangan tatanan kehidupan akan dirasakannya.
4. Bodoh, tahu kebenaran dan kebaikan tapi sering dilanggar
Bodoh karena tidak tahu, bodoh keran tahu kebenaran tapi tidak dijalankannya atau sering dilanggarnya. Kebodohan yang pertama adalah kebodohan alami, dan yang kedua adalah kebodohan professional (iblisisme). Kebodohan atas nama apapun ia akan merugikan dirinya dan orang lain, serta lingkungan disekitarnya
5. Takabur /sombong dan kufur nikmat
Merasa tahu dan bisa hingga mengabaikan kabar / berita dari Allah atau mengabaikan seruan dari kebenaran ilmu pengetahuan akan menjadi sebab yang berakibat fatal bagi tatanan kehidupan. Alam raya / bumi dengan segala isinya merupakan nikmat dari Allah yang harus disyukuri dengan menempatkan dan menggunakannya sesuai dengan harapan dan keinginan Si Pemberi (Allah)
Apapun yang terjadi dan menimpa kehidupan merupakan musibah / ujian yang bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan. Bencana yang merupakan musibah yang tidak menyenangkan, ia sebuah peristiwa yang harus dijadikan pelajaran penting dan berharga. Apakah dengan bencana / musibah itu kita akan semakin dekat dengan Allah atau sebaliknya semakin menjauh. Ini tergantung dengan cara seperti apa kita memandangnya, meresponya, dan usaha / ikhtiar seperti apa yang mungkin dapat kita lakukan. Paling tidak ada empat cara kita memandang atau dalam merespok bencana yang sedang kita hadapi ini:
1. Persiapan pemikiran
Kita harus siap secara pemikiran, dan kesiapan ini ditandai dengan penguasaan akan ilmu pengetahuan tentang alam / bumi yang kita singgahi ini. tanpa pengetahuan yang benar dan baik tentangnya, manusia sulit untuk bisa menjalin harmoni dengannya
2. Persiapan moral
Bencana adalah sebuah peristiwa yang tak terduga dan mengejutkan. Peristiwa yang akan membuat manusia dihadapkan pada berbagai cara atau pilihan dalam penyelesaiannya. Darisinilah moralitas manusia dan pengambil kebijakan akan terlihat ada dimana posisi moralnya?
3. Persiapan mental
Dalam ruang kehidupan sering kali hadir peristiwa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Bagi yang beragama, jika peritiwa itu menyengkan ia akan beryukur dengan menebarkan dan menyebarkan kebaikan, jika peristiwa itu tidak menyenangkan (bencana), ia akan bersabar dengan saling menguatkan dan mengokohkan.
4. Persiapan spiritual
Setiap peristiwa (musibah) apapun dimanapun atas izin dan sepengetahuan-Nya, maka musibah itu akan menjadi ujian bagi kita, apakah kita akan semakin dekat kepada Allah, atau semakin jauh dari Allah.

ARTIKEL REKOMENDASI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *