BOGORONLINE.com, Ciawi – Dibalik keberadaan nyamuk yang dapat membuat tubuh gatal-gatal dan menyisakan bentol merah, ternyata menyimpan potensi mendatang pundi-pundi cukup lumayan jika dikelola dengan baik.
Diketahui, siklus kehidupan nyamuk melalui jentik yang dihasilkan dari penetasan telur. Jentik nyamuk inilah yang menjadi pakan alami populer untuk ikan cupang (Betta splendens).
Jentik nyamuk atau encuk dinilai menjadi asupan nutrisi wajib karena dapat memperkuat tulang ekor atas, bawah dan belakang khususnya pejantan. Sedangkan bagi betina dapat mempercepat pembuahan telur (gonat).
Peluang itu kemudian dilirik Rohman Alpariza, warga Desa Ciseuseupan, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, dengan membudidayakan jentik nyamuk (Larva Chironomus sp.).
Tepatnya di Farm Adzkiya Betta, Rohman mengaku telah memiliki dua kolam budidaya jentik nyamuk yang berada di Desa Tarikolot, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
“Mulai itu awal tahun 2020. Kepikiran untuk budidaya jentik nyamuk gara-gara krisis pakan cupang, apalagi saat musim hujan. Walaupun bisa ambil dari alam tapi dapatnya dikit beda dengan kultur sendiri,” ujarnya, baru-baru ini.
Menurut dia, budidaya larva Chironomus sp. itu tidak terlalu sukar asalkan menekuni. Awalnya, air kolam dicampur dengan air pembusukan cacing sutera untuk memancing nyamuk betina mau hinggap dan bertelur di kolam.
Di kolam dengan ukuran 1×2 meter, ia biasa menuangkan air dari proses pembusukan cacing sutera sebanyak dua kilogram.
“Kalau saya pakai cacing sutera yang dibusukin. Air memang harus kotor ataupun bau untuk mengundang nyamuk kebun datang dan bertelur. Kalau air bersih, yang datang bisa nyamuk aedes aegypti penyebab penyakit DBD (demam berdarah),” tuturnya.
Setelah proses itu, ia hanya tinggal menunggu telur nyamuk di kolam, paling lama prosesnya satu minggu dan cepatnya tiga hari. Telur untuk sampai menjadi jentik proses penetasasnya juga tidak butuh waktu lama, hanya satu hari atau 24 jam.
Adapun musuh utama dalam budidaya jentik nyamuk adalah katak. Oleh karena itu, Rohman menyarankan agar kolam ditutup rapat oleh kawat nyamuk jangan sampai ada celah.
“Dan untuk hujan dan panas bisa juga pakai paranet.”
Ia mengatakan, panen jentik dapat dilakukan dua kali dalam sebulan. Selama ini dari penebaran dua kilogram air pembusukan cacing sutera, sekali panen itu dapat dihasilkan sekitar dua kilogram jentik kering.
Kini, juru masak di hotel itu, dari usaha sampingannya mendapatkan omset jika ramai pesanan sekitar satu juta rupiah setiap hari dari penjualan 20 kantong jentik nyamuk.
Satu kantong sama dengan satu takaran kering jentik nyamuk ukuran satu gelas air mineral 220 mililiter, ia hargai Rp50.000.
“Yang beli kebanyakan tahu lewat media sosial. Ada yang datang ke sini, ada COD (cash on delivery), ada juga minta dikirim. Untuk yang dikirim biasanya dalam jumlah banyak,” kata Rohman.
Baginya, usaha jentik nyamuk ini masih menjanjikan untuk mendatangkan tambahan pendapatan. Sebab, pakan alami ini banyak dicari terutama oleh kalangan pemelihara ikan cupang.
“Sebetulnya kalau dari kebutuhan bisa lebih 20 kantong. Kalau saya tidak capek, tidak mikirin yang lain, bisa lebih dari itu. Komunitas khusus kita saja di Bogor member-nya 3.000 lebih. Dan penghobi cupang itu pasti butuh jentik dan kutu air,” tutupnya. (Hrs)