Usaha Meningkatkan Pembangunan Berkelanjutan terutama Ketahanan Pangan Pasca Pandemi COVID-19

Bogor Raya, Headline1.6K views

Penulis : Alyssa Nesiananda.
Mahasiswi Magister Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB)

BOGORONLINE.com – Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal Sustainable Development Goals / SDGs memiliki 17 poin target sebagai hasil tercapainya pembangunan berkelanjutan yang telah dirangkum oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization).

Beberapa diantara tujuan tersebut merujuk pada Ketahanan Pangan, yaitu tidak adanya kemiskinan dan kelaparan, penjaminan kesehatan yang baik dimana sumber pangan menjadi pengaruh utama bagi kesehatan masyarakat, ketersediaan air bersih, dll. Menurut UndangUndang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2012 mengenai pangan, ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.

Untuk mencapai ketahanan pangan tersebut pemerintah menyelenggarakan, membina dan mengoordinasikan segala upaya atau kegiatan untuk mewujudkan cadangan pangan nasional. Hal ini sangat penting dan wajib menjadi tujuan utama suatu bangsa sebagai bentuk peningkatan ketahanan nasional.

Untuk mewujudkan ketahanan pangan suatu bangsa diperlukan strategi dan penerapannya dalam jangka waktu yang cukup lama, terutama bagi negara dengan jumlah penduduk tinggi seperti Indonesia. Berdasarkan penelitian Kharisma dan Abe tahun 2020 pada periode sebelum pandemi melanda Indonesia, 27,4% penduduk Indonesia di perkotaan berada ditingkat ketidakamanan, jumlah persen tersebut dapat dipastikan meningkat saat pandemi.

Permintaan pasokan pangan selama pandemi tidak mudah dipenuhi, dengan demikian, krisis pangan dapat muncul setelah pandemi jika tidak ada pengukuran yang diterapkan. Ketimpangan sosial dan kemiskinan juga merupakan masalah di Indonesia. Salah satu cara untuk melihat ketimpangan sosial adalah dengan melihat kemampuan rumah tangga dalam mengonsumsi pangan.

Masyarakat dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi memiliki pola konsumsi yang lebih beragam, sedangkan mereka yang memiliki tingkat pendapatan rendah mengalami tingkat kerawanan keamanan pangan yang tinggi. Ada dua bentuk yang disarankan dari adaptasi: adaptasi proaktif dan adaptasi terencana. Adaptasi proaktif mengacu pada tindakan untuk mengatasi krisis, termasuk mengimpor pangan dan mengoptimalkan sumber daya lokal.

Adaptasi terencana mengacu pada tindakan yang disiapkan untuk manfaat masa depan, seperti peningkatan produksi pangan lokal dan diversifikasi produksi pangan. Dinas Ketahanan Pangan juga telah mendeklarasikan bahwa perwujudan ketahanan pangan nasional dapat dicapai, melalui 4 pilar yaitu (1) Ketersediaan pangan (2) Distribusi pangan (3) Penganekaragaman konsumsi / Diversifikasi pangan dan (4) Konsumsi dan Keamanan pangan.

Diversifikasi pangan merupakan salah satu pilar untuk memenuhi ketahanan pangan sebagai bentuk upaya peningkatan konsumsi aneka ragam bahan pangan dengan tetap memperhatikan pola gizi seimbang. Program ini telah lama dikampanyekan pemerintah namun implementasinya belum optimal. Mayoritas masyarakan masih mengandalkan satu sumber bahan pangan pokok, contohnya nasi.

Sedangkan potensi sumber karbohidrat pangan lainnya dapat dikelola, dimanfaatkan, dan dikembangkan agar memiliki nilai ekonomi yang lebih untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui diversifikasi pangan, seperti kentang, jagung, sorgum, dll. Diversifikasi pangan yang tepat akan menghasilkan keragaman ketersediaan pangan berbasis potensi sumber daya lokal dalam mendukung ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan.

Peran Industri Pangan

Industri pangan memeliki peran penting untuk mengembangkan program diversifikasi pangan lokal. Kontribusi industri pangan yaitu dapat meminimalkan kehilangan pasca panen, meningkatkan keamanan pangan, dan meningkatkan nilai gizi. Industri pangan memiliki kemampuan untuk mengembangkan logistik dan distribusi yang lebih baik dan efisien sehingga menghasilkan pangan yang lebih terjangkau oleh konsumen.

Oleh karena itu, pengembangan industri pangan dapat diarahkan sebagai strategi diversifikasi pangan menuju ketahanan pangan yang lebih baik. Beberapa tantangan kritis diversifikasi pangan dalam skala industri masih banyak yang perlu diatasi, diantaranya eksplorasi sumber bahan lokal yang berkualitas, peningkatan penerapan teknologi, proses pengolahan dan pengemasan, serta penerapan konsep makanan industrial, memformulasikan karakteristik bahan pangan lokal agar dapat diterima masyarakat dari segi organoleptik.

Hal tersebut masih menjadi tantangan bagi ahli teknologi pangan dan sektor industri pangan. Industri pangan wajib memiliki spesifikasi tertentu dalam mengembangkan dan mengoperasikan produksi pangan untuk dapat memastikan produk-produk yang dihasilkan memiliki keamanan pangan yang baik.

ARTIKEL REKOMENDASI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

3 comments