bogorOnline.com-CILEUNGSI
Suasana tenang di Desa Mekarsari, Kecamatan Cileungsi, sempat memanas setelah muncul laporan dugaan pemukulan terhadap salah satu anak anggota DPRD Kabupaten Bogor. Namun, sejumlah tokoh masyarakat dan perangkat desa membantah adanya tindakan kekerasan dalam kejadian tersebut, dan menegaskan bahwa peristiwa itu murni bentuk keresahan warga terhadap aktivitas sebuah angkringan bernama Warles,tidak jauh dari hotel Mekar Sari yang menimbulkan kebisingan hingga dini hari.
Kepala Dusun(Kadus) Mekarsari Wiwiek Hidayat menjelaskan, bahwa warga sudah lama merasa terganggu dengan keberadaan angkringan yang kerap memutar musik dengan volume tinggi hingga subuh.
“Sudah beberapa kali warga melapor, bahkan ada yang sampai jam 4 pagi musiknya masih keras. Istrinya ada yang sakit habis operasi, jadi terganggu banget. Warga sudah menegur, tapi tidak digubris,” ujarnya saat ditemui bogorOnline.com Selasa (21/10/25).
Menindaklanjuti laporan tersebut Wiwiek
mengaku sudah berkoordinasi dengan Bhabinkamtibmas agar ditindaklanjuti secara hukum. Setelah sempat ada razia dari Polsek Cileungsi, aktivitas musik sempat berhenti. Namun beberapa waktu kemudian, suara musik kembali terdengar keras hingga warga kembali resah.
Puncaknya terjadi saat warga selesai menghadiri acara Maulid di sekitar lokasi angkringan.
“Sekitar 30 orang warga datang spontan untuk menegur pemilik angkringan. Saya langsung datang dan menenangkan warga, meminta jangan ada tindakan anarkis. Kami hanya ingin menyampaikan keluhan,” jelasnya.
Sementara itu Tokoh Pemuda Mekarsari Agus Pitroh yang turut hadir di lokasi, menegaskan tidak ada bentrokan apalagi pemukulan seperti yang dilaporkan.
“Tidak ada kekerasan. Saya yang justru mengamankan salah satu pengunjung bernama Rangga, karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saya rangkul dan saya bawa ke pinggir jalan, semua aman,” tegasnya.
Ia menambahkan, keresahan warga bukan karena keberadaan angkringan semata, melainkan karena aktivitasnya sering melewati batas waktu, bahkan ada laporan soal pengunjung yang membawa minuman keras dan berpakaian tidak sopan.
“Warga tidak masalah orang mencari nafkah, asal tertib. Tapi kalau sampai ganggu warga, apalagi malam-malam ada musik keras dan minuman keras, tentu warga merasa terganggu,” katanya.
Agus juga menyebut bahwa setelah kejadian, ayah dari Rangga yang merupakan anggota DPRD datang ke lokasi.
“Saya jelaskan langsung ke beliau, mohon maaf Pak, tidak ada pemukulan. Saya sendiri yang mengamankan anaknya. Di situ juga ada Pak Kadus dan mamangnya Rangga, mereka lihat semua. Jadi laporan yang mengatakan ada kekerasan itu berlebihan,” tandasnya.
Para tokoh masyarakat berharap, kejadian ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk saling menghargai dan menjaga ketertiban lingkungan.
“Warga hanya ingin ketenangan. Jangan sampai masalah kecil seperti ini dibesar-besarkan. Kita semua taat hukum dan terbuka kalau mau klarifikasi,” tutupnya.(rul)





