bogorOnline.com-CIBINONG
Industri air minum dalam kemasan (AMDK) kembali diguncang. Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Republik Indonesia (GMPRI) Cabang Bogor menuding sejumlah produsen air kemasan telah melakukan pembohongan publik secara sistematis, dengan mengklaim produknya berasal dari mata air pegunungan padahal faktanya mengambil air tanah dari sumur bor dalam.
Kasus ini mencuat setelah Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melakukan inspeksi mendadak ke pabrik PT Tirta Investama (Aqua) di Subang. Dalam sidak itu, Dedi mendapati fakta mengejutkan — air yang digunakan ternyata bukan dari mata air pegunungan, melainkan disedot dari sumur bor berkedalaman 60 hingga 132 meter.
“Selama ini Aqua mengklaim airnya dari pegunungan. Nyatanya, mereka sendiri mengakui ke Pak Dedi bahwa sumbernya dari sumur. Ini bukan sekadar salah label, ini dugaan kebohongan publik yang menyesatkan jutaan konsumen,” tegas Ketua GMPRI Bogor, Yogi Ariananda dalam keterangan tertulis kepada bogorOnline.com Rabu (22/10/25).
Yogi menyebut, praktik serupa bukan hanya terjadi di Subang. Di wilayah Bogor, terutama di Desa Tlajung Udik, Kecamatan Gunung Putri, pihaknya juga menemukan pabrik AMDK besar yang menggunakan air sumur bor, bukan mata air pegunungan seperti yang diklaim dalam promosi.
“Kami punya data dan temuan di lapangan. Pabrik di Bogor juga melakukan hal sama. Air tanah disedot dalam-dalam, lalu dijual dengan label ‘air pegunungan’. Kalau ini bukan manipulasi, lalu apa?” ujar Yogi lantang.
GMPRI Bogor menilai praktik tersebut bukan hanya bentuk penyesatan konsumen, tetapi juga eksploitasi lingkungan yang berpotensi menguras cadangan air tanah masyarakat. Mereka menuntut Pemerintah Kabupaten Bogor, Dinas Lingkungan Hidup, serta Kementerian ESDM untuk membuka seluruh izin sumur bor industri AMDK ke publik.
“Kami curiga ada permainan izin. Apakah pengeboran ini legal? Apakah ada kajian daya dukung lingkungan? Kalau tidak, ini bentuk pembiaran dari pemerintah,” sindir Yogi.
Sementara itu, Gubernur Dedi Mulyadi dalam sidaknya terlihat heran melihat fakta di lapangan.
“Lho, ini bukan dari mata air? Dari sumur pompa dalam? Jadi air yang katanya dari gunung ternyata air bor ya?” ucap Dedi dalam video sidaknya yang kini viral.
Dedi juga menyoroti muatan berlebih truk pengangkut galon Aqua yang bisa mencapai 13 ton dari kapasitas seharusnya 5 ton.
“Jalan-jalan rusak di Subang bisa jadi akibat beban berlebih ini. Perusahaan besar jangan tutup mata terhadap dampaknya,” tegasnya.
Dengan temuan ini, GMPRI Bogor menuntut adanya audit total terhadap seluruh pabrik AMDK di Jawa Barat, termasuk Aqua, terkait sumber air, izin pengeboran, dan dampak lingkungannya.
Mereka juga meminta BPOM dan Kementerian Perdagangan turun tangan mengawasi klaim menyesatkan yang telah menipu publik selama bertahun-tahun.
“Konsumen berhak tahu dari mana air yang mereka minum berasal. Jangan lagi rakyat disuguhi iklan gunung bersalju, sementara airnya disedot dari tanah kampung orang,” pungkas Yogi dengan nada tajam.(rul)





