JAKARTA – Sejumlah rumah sakit di seluruh Indonesia menggantungkan sumber air minum dari produk air kemasan galon. Mereka khawatir pembatasan truk pengangkut air kemasan galon akan menimbulkan gangguan pasokan air minum ke rumah sakit-rumah sakit dan ini sangat membahayakan kesehatan pasien serta kondisi sanitasi dan higienis layanan rumah sakit.
Ada ratusan rumah sakit di Jabodetabek yang bisa terdampak dari kebijakan pembatasan operasi truk sumbu 3 pengangkut air kemasan galon pada musim mudik lebaran di akhir April hingga awal Mei.
Pembatasan ini dilakukan Kemenhub di tengah himbauan presiden untuk memperbaiki manajemen mudik yang seharusnya tidak mengganggu pasokan bahan makanan minuman termasuk air kemasan.
“Setiap hari kami menghabiskan 300 galon air kemasan untuk kebutuhan layanan rumah sakit. Bagaimana jika nanti tidak ada pasokan? bisa kacau layanan kami dan membahayakan kesehatan pasien,” kata Yani, Kepala Purchasing Rumah Sakit Tugu Ibu Depok.
Dia mengatakan, air galon ini digunakan untuk air minum para pasien dan para pegawai rumah sakit, dan juga untuk memasak makanan para pasien.
Karenanya, dia berharap suplai air dari agen tidak terhambat pada saat lebaran nanti yang dikarenakan adanya pelarangan dari transportasi yang mengangkut air galon ini.
“Saya berharap tidak terjadi kelangkaan air galon ini pada saat lebaran nanti ya. Sebab kalau sampai terjadi kelangkaan bagaimana dengan nasib para pasien kami nantinya,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan pihak Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI). Menurut salah satu staf instalasi gizi RSUI, setiap hari dibutuhkan sekitar 100 air galon untuk keperluan air minum para pasien dan pegawai serta untuk memasak makanan pasien. “Setiap hari pihak agen air galon harus mengirimkannya kepada kami,” tuturnya.
Ditanya perihal adanya potensi kelangkaan air galon karena adanya pelarangan pemerintah terhadap beroperasinya transportasi utama air galon ini, dia berharap hal tersebut tidak terjadi.
“Sebab, kalau terjadi kelangkaan air galon, kami juga akan bingung untuk menyediakan air minum bagi para pasien di sini. Apalagi air galon itu kan juga dibutuhkan untuk memasak makanan bagi para pasien,” ungkapnya.
Rumah Sakit Hermina Depok juga membutuhkan air galon ini untuk kebutuhan para pasiennya. “Pasokan dari agen datangnya tiga kali sehari,” ujar salah seorang pegawai di rumah sakit ini.
Sementara, di Rumah Sakit Sentra Medika Depok, air galon ini dibutuhkan untuk pasien-pasien yang dirawat di ruang VIP. Menurut Agung dari staf logistik Rumah Sakit Sentra Medika, pasien-pasien di ruang VIP tidak mau kalau air galon itu tidak ada brand-nya. “Sedang untuk pasien lainnya, kami menyuling sendiri dari air sumur,” katanya.
Praktisi Kesehatan dr. Hartati B Bangsa mengatakan, saat ini air minum itu sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Hal itu disebabkan sekitar 70 persen kebutuhan air dalam tubuh itu digunakan untuk menunjang metabolisme tubuh.
“Konsumsi air yang cukup itu untuk membantu efektifitas metabolisme kita bekerja dengan baik. Jadi, sudah menjadi bahan utamalah bagi tubuh kita sehingga tidak bisa disepelekan keberadaannya,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Pakar Pangan dan Gizi dari Ikatan Sarjana Gizi Indonesia (ASAGI), Nazhif Gifari. Menurutnya, orang yang kekurangan minum bisa menyebabkan terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh.
“Orang yang kekurangan air dalam tubuhnya biasanya akan lemas dan bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti gangguan ginjal dan saluran pencernaan,” katanya.
Dengan begitu, menurutnya, pendistribusian terhadap air minum itu tidak boleh dilarang dalam kondisi apapun karena merupakan nutrisi penting dalam tubuh.
Dia menjelaskan bahwa tubuh manusia itu 70 persennya adalah air. “Bayangkan kalau kita kekurangan cairan karena kurang minum, itu akan beresiko bagi kesehatan,” ucapnya.
Guru besar ilmu gizi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Hardinsyah menegaskan, bahwa air minum itu sendiri adalah zat gizi bagi tubuh manusia. Jadi, katanya, jika tubuh manusia itu kekurangan air karena kurang minum, itu sama saja dengan kekurangan gizi.
Guru Besar IPB lainnya, Ahmad Sulaeman, menambahkan dampak dari kekurangan air minum itu bisa juga mengganggu metabolisme tubuh.
Dehidrasi juga menimbulkan berbagai penyakit lainnya seperti darah tinggi, pusing, mual, darah menjadi kental, dan lain-lain. “Jadi sangat beresiko untuk kesehatan kita,” ucapnya. (*)