Oleh: Ayu Ridayanti, S.Pd.
Guru SDIT. Asy-syifa Qolbu
“Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertanggung jawab terhadap kepemimpinan itu ”
HR At-Tirmizi,Abu Dawud,Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim
Banyak orang tua berharap anaknya menjadi seorang pemimpin, namun seringkali tak menyadari bahwa mereka adalah pemimpin bagi diri mereka sendiri. Saat seorang anak menjadi ketua kelas, ia adalah pemimpin bagi teman-temannya. Guru SD adalah pemimpin bagi muridnya, begitupun seorang ibu pemimpin bagi anak-anaknya. Hampir setiap orang menjadi pemimpin dilingkungannya masing-masing, terlepas dari besar kecilnya jumlah orang dalam kelompok tersebut, meski hanya satu orang saja pengikutnya, ia masih bisa dikatakan sebagai pemimpin.
Bahkan setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri.
Tidak adanya kesadaran bahwa setiap orang adalah pemimpin, seringkali mengakibatkan orang tidak mau mengembangkan ilmu kepemimpinannya, banyak juga orang tua yang melebeli anaknya “Anak saya pemalu”, “anak saya nakal” “anak saya bodoh” dan sebagainya, sesungguhnya sangat mengerdilkan jiwa-jiwa anak yang mulia sebagai manusia.
Seperti yang sering dikemukakan di berbagai bahasan psikologis, karakteristik asli dari seorang anak seperti sebongkah gunung es. Seseorang hanya dapat melihat es yang mengambang pada permukaan laut, selebihnya isi gunung es itu tidak terlihat karena tersembunyi dibawah permukaan laut. Padahal sebenarnya bagian yang tersembunyi dari gunung es inilah yang banyak membawa potensi seorang manusia.
Sebagai orang tua seharusnya kita dapat membantu menumbuhkan ketangguhan, kepercayaan diri, dan kreativitas pada anak-anak dan membantu mereka memahami bahwa kesalahan adalah normal dan dari pengalaman kita belajar.
Membangun anak menjadi pemimpin adalah tugas yang harus dilakukan semua orang tua dan guru. Bahkan jika anak tidak ingin menjadi pemimpin, mereka masih memiliki kualitas yang menjadikan mereka orang yang benar-benar lebih baik.
Bagaimana cara melatih anak mengembangkan sikap kepemimpinan ?
Biarkan anak berpendapat
Berikan anak kesempatan untuk memilih dan mengambil keputusaan, misalnya dalam memilih pakaian atau makanan
Fasilitasi kerja tim
Ajarkan anak untuk dapat bekerjasama dengan orang lain. Misalnya kerja kelompok disekolah ataupun bekerja sama dalam merapihkan rumah.
Berikan contoh positif
Anak akan lebih mudah belajar dari contoh yang dilihat dibandingkan dari kata-kata.
Berikan dukungan atau dorongan
Bantu anak untuk mengembangkan rencana dan strategi untuk mengatasi masalahnya. Ajarkan anak untuk menerima kegagalan dengan cara yang sehat dan sabar.
Berani tampil
Ajarkan anak untuk mempersiapkan diri dan menyesuaikan diri saat melakukan tampil di depan banyak orang.
Umumnya, anak selalu “mengatur” teman-temannya mengenai permainan apa yang akan dilakukan, dan teman-temannya dengan sukarela mengikuti kemauannya. Anak juga selalu berani mengungkapkan pendapat, dan meminta untuk diberi kesempatan menyanyi atau berdoa di depan kelas itulah contoh anak menjadi pemimpin.
Memang tidaklah singkat dalam mendidik anak menjadi pemimpin. Segala proses membutuhkan waktu dan kepercayaan. Namun, jika kita terus menerus konsisten melakukannya maka akan tercapai harapan kita menjadikan anak yang berjiwa pemimpin. maka janganlah ragu untuk memulai !