Matinya Mahasiswa

Headline, KOLOM534 views

Oleh: Abah Yayat

“Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah dari (kalangan) laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang berdoa, “Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Makkah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.” (Q.S. 4: 75)
Orang-orang yang lemah kini tengah berdoa dan berharap akan hadirnya sosok-sosok yang mampu mengeluarkan mereka dari kesulitan hidup. Namun, siapa dan di mana orang-orang itu berada?
Perubahan, baik yang bersifat reformasi maupun revolusi, selalu digerakkan oleh kelas menengah, termasuk di dalamnya para mahasiswa. Mereka adalah individu-individu yang siap menyediakan pikiran, tenaga, dan waktu demi terciptanya perubahan. Permasalahannya adalah, dengan alat dan cara apa mereka akan melakukan perubahan itu?
Mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat menengah (baca: civil society). Seperti individu pada umumnya, mereka memiliki jiwa atau ruh yang menentukan apakah mereka akan tetap sehat, sakit, sekarat, atau bahkan mati secara moral dan intelektual. Apa yang menjadi jiwa mahasiswa? Tidak lain adalah nilai-nilai yang menjadi falsafah dan ideologi mereka.
Ideologi inilah yang akan membentuk gerakan mahasiswa, menyatukan potensi yang dimiliki, serta mengarahkan langkah perjuangan mereka. Namun, ke mana arah pergerakan mahasiswa saat ini? Apakah mereka masih merasakan denyut nadi dan detak jantung masyarakat yang membutuhkan mereka? Apakah mereka memahami secara mendalam harapan dan keinginan masyarakat? Apakah mereka berperan aktif dalam menyadarkan dan mencerahkan kehidupan sosial?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan erat dengan persoalan ideologi. Ideologi seperti apa yang diusung oleh mahasiswa masa kini? Tan Malaka pernah mengatakan, “Kemegahan yang tersisa dari kaum muda adalah idealismenya.”
Mahasiswa menjadi tumpuan harapan masyarakat yang lemah untuk keluar dari kesulitan hidup. Oleh karena itu, nasib masyarakat di masa depan sangat ditentukan oleh keberadaan dan eksistensi mahasiswa.
Sayangnya, mahasiswa kini seolah telah kehilangan jati diri dan citra dirinya. Mereka cenderung menjadi generasi yang malas, manja, dan gemar bersenang-senang. Identitas sejati sebagai kelas yang seharusnya memiliki ideologi untuk menggerakkan dan mengubah keadaan perlahan-lahan memudar. Mereka justru terseret oleh arus dinamika zaman yang tidak menentu.
Matinya mahasiswa secara moral terjadi karena hilangnya ideologi yang seharusnya membentuk, menyatukan, dan mengarahkan gerakan mereka. Masyarakat pun harus berhenti berharap kepada mahasiswa, sebab mereka sudah tidak mampu lagi memimpin pergerakan dan perubahan sosial.
Kematian moral mahasiswa berarti terhentinya gerakan perubahan yang diharapkan mampu mengeluarkan masyarakat dari kesulitan hidup. Lalu, kepada siapa lagi masyarakat harus berharap? Masyarakat seolah dipaksa untuk berhenti berharap, karena mahasiswa telah kehilangan ruh perjuangannya.

ARTIKEL REKOMENDASI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *