Kandaga Urang Sunda Dorong Pelibatan Budayawan dalam HJB 2025 dan Perlindungan Situs Budaya di Jalur Pengganti Batutulis

BOGORONLINE.com – Dalam memperkuat pelestarian budaya lokal serta memastikan partisipasi aktif para seniman dan budayawan di Kota Bogor, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Kandaga Urang Sunda, Gugum Gumelar, menyampaikan hasil audiensi penting dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor. Audiensi tersebut dilakukan bersama Sekretaris Dinas, Ana, mewakili jajaran Disparbud Kota Bogor, dan menghasilkan dua poin strategis yang akan menjadi dasar langkah ke depan dalam pembangunan kebudayaan dan infrastruktur kota.

Melalui pernyataannya, Gugum Gumelar menekankan pentingnya peran budayawan dan seniman lokal dalam pelaksanaan agenda tahunan Hari Jadi Bogor (HJB) tahun 2025. Ia juga menyoroti persoalan rencana pembangunan jalan alternatif pengganti jalur Batutulis yang longsor, yang berpotensi mengancam keberadaan situs cagar budaya di wilayah tersebut.

Pada poin pertama, Gugum Gumelar menyoroti urgensi pelibatan komunitas budaya secara aktif dalam perhelatan Hari Jadi Bogor (HJB) yang akan diselenggarakan pada tahun 2025. Menurutnya, selama ini budayawan dan seniman lokal kerap kali hanya menjadi penonton dalam agenda tahunan tersebut. Padahal, kontribusi mereka sangat penting dalam membentuk nuansa khas dan kearifan lokal yang menjadi identitas Kota Bogor.

“Kami berharap HJB 2025 bisa menjadi panggung nyata bagi para budayawan dan seniman. Tidak hanya tampil sekilas, tapi benar-benar dilibatkan sejak proses perencanaan hingga pelaksanaan. Alhamdulillah, Disparbud merespons positif dan siap membuka ruang kolaborasi,” ungkap Gugum Gumelar, Selasa (15/4/2025).

Menanggapi hal tersebut, Sekdis Disparbud Kota Bogor, Ana, menyatakan kesiapan dinas untuk bekerja sama dengan para pelaku budaya. Pihaknya bahkan mendorong agar komunitas seni dan budaya menyusun rencana program yang bisa masuk dalam agenda utama HJB, khususnya dalam kegiatan “Helaran HJB”—sebuah parade budaya yang menjadi sorotan setiap tahun.

Dengan demikian, Gugum mengajak seluruh elemen budayawan dan seniman di Kota Bogor untuk segera merumuskan program yang konkret dan terstruktur. Ia menekankan pentingnya sinergi lintas komunitas untuk menghasilkan ide-ide kreatif dan khas Bogor yang dapat memperkaya rangkaian acara HJB 2025.

“Ini momen penting untuk merebut ruang ekspresi. Jangan sampai kesempatan ini terlewat. Kita harus duduk bersama, menyusun konsep Helaran yang menggambarkan keberagaman budaya Bogor, dari seni tradisi, pertunjukan rakyat, hingga seni kontemporer dengan sentuhan lokal,” katanya.

Selain mendorong peran aktif budayawan dalam HJB, Kandaga Urang Sunda juga menyuarakan kepeduliannya terhadap pelestarian situs budaya yang terancam oleh pembangunan infrastruktur. Dalam audiensi yang sama, Gugum menyoroti rencana Pemerintah Kota Bogor dalam membangun jalan alternatif pengganti jalur Batutulis yang sebelumnya mengalami longsor.

Gugum menyampaikan bahwa lokasi jalan alternatif tersebut melewati kawasan yang memiliki nilai historis dan kultural tinggi. Terdapat situs-situs budaya serta cagar budaya yang keberadaannya perlu dijaga. Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa pembangunan jalan harus dilakukan secara hati-hati, dengan mengedepankan aspek pelestarian budaya.

“Kami berharap dalam proses pembangunan jalan pengganti, Kandaga Urang Sunda dan komunitas budayawan dapat dilibatkan mulai dari tahap persiapan, perencanaan hingga pelaksanaan. Jangan sampai pembangunan merusak atau bahkan menghilangkan jejak budaya yang telah lama ada,” tegasnya.

Sebagai tindak lanjut, Disparbud Kota Bogor menyampaikan bahwa mereka akan mengusulkan proses pengkajian terlebih dahulu sebelum pembangunan dimulai. Pengkajian ini akan melibatkan berbagai pihak, termasuk ahli cagar budaya, masyarakat setempat, dan komunitas budaya seperti Kandaga Urang Sunda.

Langkah ini diambil agar pembangunan tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian budaya dan tetap menghargai warisan leluhur yang melekat kuat di kawasan Batutulis. Bahkan, Gugum mengusulkan agar hasil kajian nanti dapat menjadi dasar kebijakan yang dituangkan dalam regulasi daerah, demi keberlanjutan pelindungan situs-situs bersejarah.

DPP Kandaga Urang Sunda sebagai organisasi kebudayaan yang memiliki akar kuat di tengah masyarakat Sunda terus berkomitmen untuk menjadi mitra strategis pemerintah dalam pembangunan berbasis nilai-nilai budaya. Gugum menekankan bahwa pembangunan tidak boleh hanya berorientasi pada aspek fisik, namun juga harus mempertimbangkan dimensi sosial, budaya, dan spiritual masyarakat.

“Kita ingin pembangunan di Kota Bogor ini inklusif dan berkeadilan budaya. Budaya bukan ornamen. Budaya adalah ruh dari kota ini. Maka setiap kebijakan yang menyentuh ruang hidup masyarakat harus menghargai budaya sebagai identitas dan fondasi sosial,” ucapnya.

Ia juga menyampaikan harapan besar agar pemerintah daerah membuka ruang partisipatif yang lebih luas bagi komunitas budaya. Dengan adanya kolaborasi yang sejajar antara pemerintah dan masyarakat, maka pembangunan Kota Bogor akan berjalan lebih harmonis dan berkelanjutan.

Gugum Gumelar mengajak seluruh komunitas seniman, budayawan, akademisi, serta tokoh masyarakat untuk menyatukan langkah dalam momen penting ini. Menurutnya, momentum HJB 2025 dan proyek pembangunan jalan pengganti Batutulis adalah dua agenda strategis yang harus dikawal bersama.

“Kami tidak ingin hanya jadi penonton di negeri sendiri. Sudah waktunya budayawan naik panggung, ikut merancang masa depan kotanya. Mari kita buat HJB 2025 sebagai titik balik kebangkitan budaya Bogor. Dan mari kita kawal pembangunan agar tetap menghormati jejak sejarah,” ujarnya.

Audiensi ini diharapkan menjadi titik awal dari komunikasi yang lebih erat antara pemerintah dan komunitas budaya. Ke depan, Gugum juga membuka kemungkinan untuk menggelar forum budaya lintas komunitas yang rutin, guna menyusun peta jalan pelestarian dan pengembangan budaya Bogor.

Kandaga Urang Sunda berharap, baik pelaksanaan HJB 2025 maupun proyek pembangunan infrastruktur yang bersinggungan dengan kawasan cagar budaya, dapat menjadi contoh bagaimana pembangunan kota bisa berjalan seiring dengan pelestarian nilai-nilai budaya lokal. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, terutama para pelaku budaya, adalah kunci dalam mewujudkan Kota Bogor sebagai kota yang modern namun tetap berakar pada identitas budayanya.

“Kami percaya, ketika budaya diberi tempat, maka kota akan hidup bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara spiritual dan sosial. Inilah yang ingin kami perjuangkan bersama,” pungkas Gugum Gumelar.

ARTIKEL REKOMENDASI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *