Kota Bogor – bogorOnline.com
Wali Kota Bogor Bima Arya mengumumkan program teranyarnya bagi para lurah di lingkungan Pemerintah Kota Bogor. Program tersebut diberinama lurah challenge atau tantangan lurah. Di sini, ke 68 lurah harus mampu berkreasi melakukan perubahan ke arah yang lebih baik wilayahnya.
“Saya tadi bicara kesemua camat, saya memperkenalkan program lurah challenge,” kata Bima, Minggu 11 Agustus 2019 di kediamannya Pendopo Enam.
Ia mengemukakan sejauh ini baru dua lurah yang telah memberikan jawaban atas tantangan darinya. Keduanya, adalah Lurah Bantarjati, kecamatan Bogor Utara dan Lurah Sukasari, Kecamatan Bogor timur.
Untuk Lurah Bantarjati, Dheri Wiriadirama dinyatakan telah berhasil mengubah wajah aliran kali Cibagolo sehingga tertata apik melalui program normalisasi yang dilakukan bersama warga setempat.
Sedangkan Lurah Sukasari, Dicky Iman Nugraha, kata Bima, telah menunjukkan kinerjanya menata aliran sungai Ciliwung yang melintas di wilayahnya. Sebelumnya, aliran sungai di sana kotor dipenuhi sampah tapi kini telah berubah menjadi lebih bersih.
“(Penataan) aliran sungai melintas di Sukasari ini ada hubungan juga dengan Katulampa yang dulunya dibersihkan. Tapi terhadap lurah Sukasari belum selesai, saya masih ada challenge lagi di wilayahnya sampai tahun ini,” imbuhnya.
Bima mengemukakan bahwa dirinya sudah mengumumkan juga mengenai penilaian untuk lurah challenge. Diawali, para lurah harus menunjukkan objek mana yang bakal diubah menjadi lebih baik kepada dirinya. Pun setelah ada perubahan.
“Jadi tunjukan ke saya titik before-nya. Saya akan ke situ, foto. Dan saya minta untuk diundang lagi ketika after-nya. Itu namanya lurah challenge, makeover sesuatu menjadi lebih bersih, tertib dan sistemnya lebih baik,” ujarnya.
Dalam lurah challenge ini, ia juga menekankan lurah jangan asal menunjukkan kinerjanya. “Saya nggak mau cuma nyapu-nyapu saja atau ngecat-ngecat saja. Dibuat tiga minggu tapi setelah bulan kedua sudah ancur, buat apa!,” sebutnya.
Sisi lain, Bima membebaskan kepada lurah untuk objek yang bakal diubah, tidak terpaku kepada sungai atau kali, bisa memanfaatkan lahan tidur menjadi taman main bersama, atau rumah yang hancur dijadikan perpustakaan warga.
“Jadi silahkan lurah berkreasi, tidak pakai APBD dengan swadaya masyarakat. Ini mungkin, di banyak tempat bisa dengan swadaya, kadang-kadang tak perlu uang dan lain-lain. Jangka waktunya juga bisa sebulan, enam bulan, sampai akhir tahun. Yang penting ada perubahan,” tutupnya. (HRS)