BOGORONLINE.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor menggelar kick off gerakan bulan deteksi Penyakit Tidak Menular (PTM) melalui Paguyuban
Gerakan terpadu Skrining Kesehatan atas kolaborasi Sembilan (Salapan). Kegiatan ini dilangsungkan di Villa Arum Sari, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, pada Rabu (15/6/2022).
Untuk menanggulangi PTM, Wali Kota Bogor Bima Arya yang hadir dalam kesempatan itu menyebutkan tengah memperbaiki tiga faktor utama yang membuat angka PTM masih tinggi.
“Untuk kematian di Kota Bogor cukup banyak karena PTM seperti diabetes, jantung, hipertensi dan sebagainya. Hal itu dikarenakan pola hidup, kebiasaan, pola makan dan sebagainya. Atau ada tiga hal faktor utama adanya PTM yaitu karena gaya hidup, akses fasilitas kesehatan (faskes) dan status sosial,” kata Bima Arya.
Pihaknya bergerak melakukan deteksi PTM kolaborasi antara aparatur kecamatan, kelurahan, puskesmas dan organisasi-organisasi di Kota Bogor untuk menyadarkan kembali masyarakat agar hidup sehat dan melakukan pengecekan secara rutin.
“Semisal cek darah dan semua. Tim kolaborasi akan terjun ke lapangan, angka harapan hidup di Kota Bogor minim karena gaya hidup, akses faskes dan status sosial tadi. Tiga ini terus kami tingkatkan, dengan edukasi menyeluruh terus menerus, kemudian akses faskes di perbaiki agar warga mudah menjangkau atau mobilisasi warga ke faskes dekat. RT, RW, Posyandu dan Posbindu bergerak menjemput warga,” tuturnya.
Bima Arya juga menerangkan, untuk status sosial meningkatkan kesejahteraan warga melalui intervensi program kegiatan. Untuk angka harapan hidup Kota Bogor 73,61 persen, kuncinya semua bergerak berkolaborasi mulai dari usia dini sampai ibu-ibu dan semua gaya hidup itu semua harus diubah.
“Untuk gaya hidup mempengaruhi banyak hal, harus biasa bangun pagi. Pola hidup harus diperbaiki,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno mengatakan, jumlah kematian lima penyakit tidak menular terbanyak di tahun 2021 adalah pertama stroke sebanyak 164 Orang, dari jumlah kasus sebanyak 3.435, kedua penyakit jantung koroner sebanyak 117 orang, dari jumlah kasus 3.051, ketiga hipertensi dng komplikasi 120 orang, dari jumlah kasus 56.411, keempat kanker sebanyak 115 Orang dari jumlah kasus 821 dan terakhir kelima diabetes mellitus dengan komplikasi sebanyak 105 orang dari jumlah kasus 17.801.
“Penyakit tidak menular semakin menjadi ancaman bagi kesehatan di Indonesia selama Pandemi Covid-19 karena menjadi komorbid yang mengakibatkan fatality rate penderita Covid-19 meningkat yang berujung pada meningkatnya angka kematian. Selain meningkatnya angka kesakitan dan kematian, meningkatnya jumlah kasus PTM sangat berdampak besar terhadap lonjakan beban biaya kesehatan,” bebernya.
Retno memaparkan, karena itu gerakan bulan deteksi PTM di Kota Bogor dilaksanakan melalui Paguyuban Salapan, sasaran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan usia produktif dan lansia. Yaitu pertama msyarakat Umum usia lebih dari 15 tahun, Posbindu PTM sebanyak 522 dari 612 Posbindu yang ada di Kota Bogor. Kedua ASN dengan program Pamong Walagri, WUS (IVA CBE) untuk wanita usia subur 30 sampai 50 tahun, kemudian perkantoran Swasta, Industri, tingkat SMA sederajad, universitas, klinik dan rumah sakit.
“Lalu layanan kesehatan yang dilaksanakan terdiri dari Sembilan (Salapan) jenis, yaitu deteksi gizi, deteksi dini hipertensi, deteksi dini diabetes melitus, deteksi dini kanker, leher rahim dan kanker payudara, deteksi dini kesehatan jiwa, deteksi tajam penglihatan, deteksi tajam pendengaran, deteksi dini Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan upaya berhenti merokok (UBM),” paparnya.
Retno menegaskan, kunci utama dalam keberhasilan kegiatan gerakan bulan deteksi PTM dimasa pandemik ini adalah mengoptimalkan kepatuhan dan kedisiplinan pada penerapan protokol kesehatan, baik oleh petugas maupun masyarakat yang dilayani. Juga tercapainya pencegahan dan pengendalian PTM, termasuk mengurangi risiko keparahan bagi orang yang terdampak Covid-19 karena penyakit penyertanya.
“Akhirnya ucapan terima kasih kepada seluruh stake holder rumah sakit, klinik, organisasi profesi, industri, perkantoran, unsur pendidikan, maupun kader-kader kesehatan yang sudah berkolaborasi dalam pelaksanaan deteksi dini PTM dan penerapan GERMAS. Semoga ikhtiar kami bersama dapat menurunkan angka kesakitan, kecacatan akibat komplikasi, maupun kematian akibat PTM di Kota Bogor,” pungkasnya. (Hrs)