CIBINONG – Standar rasio World Health Oraganization (Organisasi Kesehatan Dunia/WHO) untuk perbandingan ketersediaan tempat tidur di rumah sakit yakni 1 tempat tidur untuk 1000 penduduk. Ketersediaan tempat tidur rumah sakit di Kabupaten Bogor belum sebanding dengan jumlah penduduk yang ada.
Pasalnya, Kabupaten Bogor baru memiliki sebanyak 4143 tempat tidur di 29 rumah sakit swasta dan 4 RSUD dengan jumlah penduduk Kabupaten Bogor berdasarkan data BPS sebanyak 5,4 juta jiwa.
“Maka harusnya ketersediaan tempat tidur rumah sakit di Bogor harus 5400 unit, sehingga kita masih defisit 1257, ini masih kurang, belum ratio perawat dan dokter,” kata Plt Bupati Bogor, Iwan Setiawan.
Semenjak, dalam Permenkes Nomor 14 Tahun 2021, pemenuhan tempat tidur kelas standar mengatur komposisi 60 persen untuk rumah sakit pemerintah dan 40 persen untuk rumah sakit swasta.
Di Kabupaten Bogor sendiri, jumlah rumah sakit pemerintah justru terbatas dibanding rumah sakit swasta yang lebih mudah dibangun dan berdiri. Namun begitu, keberadaan rumah sakit swasta dapat meringankan beban rumah sakit pemerintah.
Dengan kekurangan jumlah tempat tidur sekitar 1.200, butuh sekitar 6 sampai 7 rumah sakit di Bumi Tegar Beriman.
“Peluang untuk usaha dan pelayanan kesehatan di Bogor ini masih terbuka, pemerintah terbatas untuk membangun di semua tempat, kalau swasta kan ada kelasnya,” jelas Iwan.
Iwan menilai, jumlah penduduk yang padat di wilayah Bogor Utara menjadi peluang dibangunnya rumah sakit. Sementara pembangunan RSUD Bogor Utara hingga kini belum juga rampung.
Ia meminta pemerintah provinsi Jawa Barat, pusat dan DPRD untuk lebih kooperatif dalam merealisasikan kebutuhan rumah sakit di Kabupaten Bogor.
“Di kita ada banyak aturan, tahapan-tahapan. Kami ingin memangkas itu, kalau pemerintah membangun itu, dukunglah, jangan laporin, disanggah, akhirnya lama, yang rugi masyarakat, kalo niat membangun harus bareng-bareng,” tegas Iwan.
