Pengasuh Majelis Taklim Al-Ikhbar PWI Ini, Sesalkan Area Bersuci di Masjid Agung Baitul Faidzin Bercampur dengan Najis

Cibinong, BogorOnline.com – Kondisi memprihatinkan yang terlihat jelas dari bangunan megah masjid Agung Baitul Faidzin yang berlokasi di komplek perkantoran Pemda Kabupaten Bogor, kawasan Cibinong, kini mulai disorot dari kalangan alim ulama.

Pasalnya, hanya dalam kurun waktu dua (2) tahun, kondisi masjid Baitul Faidzin yang selesai dilakukan rehab berat dengan menghabiskan uang pajak dari masyarakat Bumi Tegar Beriman yang nilainya mencapai Rp21,8 miliar pada tahun 2017 itu kini kondisinya sudah banyak alami kebocoran bagian atap atau plafonnya.

Pengasuh majelis Taklim Al-Ikhbar PWI Kabupaten Bogor, Ust AY Sogir mengatakan, kondisi bangunan masjid agung Baitul Faidzin yang dibiayai APBD hingga puluhan miliar rupiah yang baru selesai dibangun sejak 2 tahun terakhir itu, akan tetapi kini bangunannya tidak repsentatif.

“Tidak nyaman juga, terutama saya memprotes sarana tempat thaharah atau tempat untuk bersuci (wudhu),” kata Ust AY Sogir kepada wartawan media ini, Rabu (10/5/23).

Menurut dia, kondisi yang tak layak di area lokasi bersuci bagi jamaah yang datang tersebut, akan sangat berdampak tentang kesucian dalam beribadah seseorang.

Apalagi, seluruh masyarakat Kabupaten Bogor khususnya berpusat untuk melakukan salat di Masjid Agung Baitul Faidzin tersebut.

“Sarana tempat wudhunya itu loch, dari tempat buang air kecil dengan tempat jamaah untuk berwudhu menempel,” ucapnya.

Kondisi Masjid Agung Baitul Faidzin yang berlokasi di komplek perkantoran Pemda Kabupaten Bogor, dikawasan Cibinong, kini kondisinya sudah memprihatinkan.
Kondisi Masjid Agung Baitul Faidzin yang berlokasi di komplek perkantoran Pemda Kabupaten Bogor, dikawasan Cibinong, kini kondisinya sudah memprihatinkan.

Pria yang juga merupakan anggota dewan pembina MWC NU Sukaraja itu menjelaskan, tempat bersuci untuk mengambil wudhu yang disatukan dengan buang air kecil itu, dimana arsitek saat pembangunan masjid agung kala itu dilakukan, patut dipertanyakan.

“Mestinya arsiteknya itu harus paham dengan sarana tempat berwudhu, sehingga tidak membatalkan salat. Ini tanggung jawab kita bersama, juga sebagai umat muslim. Jadi saya sangat menyayangkan, sudah beberapa kali saya protes namun tidak pernah digubris dan tak pernah didengar oleh pihak-pihak terkait,” tegasnya.

Menurutnya juga, dikala perencanaan dimulai saat pembangunan masjid agung Baitul Faidzin dilakukan, semestinya para pihak pengerja sudah memahami tentang sarana tempat ibadah.

Bahkan dirinya mempertanyakan, kontraktor pelaksana pembangunan masjid agung Baitul Faidzin yang terkesan asal-asalan disaat melakukan pembangunan saat itu.

“Kontraktornya dulu yang ngerjain masjid ini siapa, patut kita pertanyakan,” geramnya.

Lebih lanjut Ay Sogir memaparkan, keberadaan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di Baitul Faidzin saat pelaksanaan pembangunan dimulai, sepatutnya juga ikut mengawasi dan merencanakan bagaimana antara sarana berwudhu dengan tempat membuang air kecil yang disediakan bagi para jemaahnya.

“Tempat wudhu yang bagus itu, yang tidak bercampur najis-najis, kan gitu. Ini sekarang disitu, tempat orang buang air kecil, air besar bercampur semua,” bebernya.

“Terus juga, masa masjid semewah itu menyiapkan sarana buang air kecil berdiri, kan kesannya tidak baik. Rasulullah SAW saja memberikan contoh, kalau hendak buang air kecil dengan berjongkok,” tambahnya.

Lebih jauh ia mengaku, pihaknya sangat mensesalkan dengan adanya sarana tempat bersuci yang disatukan dengan tempat buang air kecil yang disuguhkan oleh bangunan mewah sekelas masjid agung Baitul Faidzin bagi para jemaahnya yang hendak mendirikan mendirikan salat.

“Saya selaku pengasuh majelis taklim Al-Ikhbar PWI Kabupaten Bogor, sangat menyayangkan dengan kondisi area berwudhu yang bercampur dengan najis. Kalau bisa, Pemkab Bogor dapat memanggil para kontraktornya, perencana pembangunannya agar bisa dikumpulkan dan dirapatkan untuk membahas soal ini,” pintanya.

“Kemana itu duit pembangunan masjid ini, kok dibiarkan begitu saja. Apalagi keropak masjid itu sangat banyak kala salat Jum’at didirikan, untuk apa jemaah yang suka berjariah tapi anggarannya hanya disimpan. Kalau bisa, uang keropak itu diperuntukkan bagi pembangunan area berwudhu tersebut,” tambahnya lagi sembari menutup pembicaraan.

Sekedar diketahui, proyek pembangunan masjid agung Baitul Faidzin dilelang pada tahun 2017 dengan pagu anggaran Rp24,78 miliar. Kemudian dimenangkan oleh PT Multi Gapura Pembangunan Semesta dengan penawaran Rp21,8 miliar.

Meski pembangunan konstruksinya sudah selesai pada akhir tahun 2017, tapi Masjid Baitul Faidzin tak lantas bisa digunakan. Pasalnya, pembangunan interior dan halaman luar atau lanskap baru di lakukan pada tahun 2018.

Pemkab Bogor kembali menyiapkan anggaran Rp2,71 miliar untuk interior masjid yang dimenangkan oleh PT Kolam Intan Prima dengan nilai penawaran Rp2,63 miliar, dan menyiapkan Rp1,76 miliar untuk pembangunan lanskap yang dimenangkan PR Trinaya Bersinal dengan penawaran Rp1,62 miliar.

ARTIKEL REKOMENDASI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *