Warisan Sejarah Makam Raja – Raja Islam Mataram di Kotagede

Kotagede merupakan salah satu wilayah di Yogyakarta yang masih lekat dengan warisan bersejarah. Salah satunya adalah makam raja-raja Mataram Islam yang terletak di kawasan bersejarah bagian selatan Kota Yogyakarta.

Kompleks Makam Raja Kotagede atau Pasarean Hastana Kitha Ageng merupakan kompleks makam bagi raja-raja Mataram Islam pertama yang dibangun oleh Panembahan Senopati. Letaknya berada di sebelah barat Masjid Gedhe Mataram Kotagede, kompleks dari Kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta. Raja pertama Mataram Islam, Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati dan raja kedua Mataram Islam, Mas Jolang atau Panembahan Hanyakrawati dikebumikan di komplek makam ini.

Ayah Panembahan Senopati, yakni Ki Ageng Pemanahan dan Raja Pajang, Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya juga turut dimakamkan di kompleks Makam Raja Kotagede ini.

Keberadaan Kompleks Makam Raja Kotagede tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kotagede dan sosok Panembahan Senopati. Setelah keberhasilannya untuk membunuh Arya Penangsang, Sultan Hadiwijaya memberikan Alas Mentaok sebagai tanah perdikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya. Ki Ageng Pemanahan bersama keluarga dan pengikutnya kemudian pindah dan membangun sebuah desa kecil di hutan tersebut. Pada saat itu, status wilayah di bawah kepemimpinan Ki Ageng Pemanahan masih sebuah kadipaten di Kerajaan Pajang. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, Pangeran Benowo memberikan hak kepada Sutawijaya untuk melepaskan diri dari Kerajaan Pajang dan mendirikan Kerajaan Mataram Islam. Setelah peristiwa tersebut, Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi sultan pertama Kerajaan Mataram Islam dengan gelar Panembahan Senopati. Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Mataram Islam mulai memperluas daerah kekuasaannya. Panembahan Senopati juga mendirikan Kompleks Makam Raja Mataram di sebelah barat Masjid Gedhe Mataram Kotagede. Pembangunan Kompleks Makam Raja di Kotagede dilakukan secara bertahap, terhitung sejak tahun 1589 dan selesai pada tahun 1606. Dalam kompleks makam terdapat tiga cungkup yang merupakan bangunan utama yang berfungsi sebagai pelindung makam-makam tertua.

Ketiga cungkup tersebut bernama Bangsal Prabayaksa, Bangsal Witana, dan Bangsal Tajug. Adapun makam dan bagian belakang masjid pernah mengalami kebakaran yang merusak beberapa bangunan sehingga Sunan Paku Buwana X memerintahkan dilakukannya renovasi dengan menggunakan bahan bangunan dan gaya arsitektur pada masa tersebut.

Komplek makam ini berada sekitar 100 meter dari Pasar Kotagede dan dikelilingi oleh tembok besar. Pintu gapura memasuki komplek makam ini bercirikan arsitektur budaya Hindu bernama Gapura Paduraksa dengan kusen berukir. Di sebelah selatan ada Masjid Gedhe Mataram yang menuju ke dalam Kompleks Makam Raja-raja Mataram. Setiap gapura memiliki pintu kayu yang tebal dengan ukiran yang indah dan dijaga oleh sejumlah abdi dalem berbusana adat Jawa. Ada tiga gapura yang harus dilewati sebelum masuk ke bangunan makam. Di samping komplek makam, terdapat pemandian atau sendang yang dibangun sendiri oleh Ki Ageng Pemanahan dan Panembahan Senopati. Ada pula pemandian khusus laki-laki dan perempuan. Air pemandian laki-laki diperoleh dari sumber di dalam komplek makam, sedangkan air untuk pemandian perempuan diperoleh dari sumber pohon beringin di depan gerbang utama.

Sebagai makam raja, mereka yang ingin berziarah harus mengiuti beberapa aturan, seperti bagi para peziarah wanita diharuskan menggunakan kain jarik sebatas dada atau kemben dan tidak diperbolehkan memakai kerudung atau penutup kepala.

Sedangkan bagi para peziarah laki-laki harus memakai kain jarik dan atasan berupa baju peranakan. Kedua pakaian yang dikenakan peziarah perempuan dan laki-laki merupakan pakaian abdi dalem.Pengunjung juga tidak diperkenankan untuk mengambil gambar atau memotret selama berada di kawasan makam. Pengunjung juga diharuskan untuk melepas alas kaki saat memasuki komplek makam. Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi tempat ini sebaiknya datang pada hari Senin, Kamis, Jumat, dan Minggu. Sedangkan selama bulan ramadan, Kompleks Makam Raja-raja Mataram Islam tutup.

 

Sumber : Ramdani Rachmat
Duta Museum DIY untuk Museum Kotagede

 

ARTIKEL REKOMENDASI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *