Luar biasa jika Indonesia bisa menggabungkan unsur ini :
1. Saintis,
2. Mistikus,
3. Politisi,
4. Sejarawan
Alasan panjangnya akan saya tulis kemudian. InsyaAllah.
Argumen bernada penuh harap tersebut ditulis Suprianto atau yang lebih dikenal dengan Prie GS seniman asal Kendal, Jawa Tengah di akun tweeternya tiga hari sebelum meninggal dunia. Sayangnya, Mas Prie GS belum sempat menulis alasan panjangnya. Dia wafat akibat serangan jantung pada Jum’at 12 Februari 2021. Kepergian yang amat mendadak dan meninggalkan kesedihan bagi keluarga, sahabat, murid, penggemar, dan penikmat karya-karyanya. Semoga Mas Prie Husnul khotimah dan mendapat tempat yang layak disisi Tuhannya.
Tentu yang bisa menjelaskan secara utuh luar biasa seperti apa jika empat unsur ini digabungkan hanya mas Prie GS sendiri. Pastinya, kita tidak akan mendapat penjelasan itu darinya, apalagi untuk setuju atau tidak setuju, mengiyakan atau mendebat apa yang menjadi argumentasinya. Dan, tulisan ini tidak dimaksudkan juga untuk itu.
Empat unsur yang ditulis mas Prie memang sangat besar peranannya dalam proses kesejarahan manusia. Memengaruhi cara pandang, sikap, kebiasaan, kebudayaan, hingga peradaban umat manusia. Barangkali, urutan nomor yang disematkan mas Prie terhadap empat unsur ini, juga berdasarkan besaran pengaruh tersebut. Dan, barangkali juga dia melihat empat unsur ini berjalan dengan egonya masing-masing.
Dalam konteks pandemi yang kita hadapi saat ini, misalnya. Seluruh dunia amat bergantung kepada saintis untuk mengenali asal usul dan perilaku virus yang ukurannya hanya berkisar 400-500 micro. Mata telanjang atau mata keranjang sekalipun tidak akan mampu melihat makhluk sekecil itu. Saintis untuk sementara bergerak sangat maju. Mulai dari rekomendasi perilaku menghadapi wabah hingga ‘menciptakan’ vaksin untuk meningkatkan kekebalan manusia terhadap resiko tertular virus. Ada banyak varian vaksin diciptakan untuk memberikan harapan sekaligus menggerakkan bisnis sektor farmasi.
Saintis dengan temuan dan cara pandang yang terkadang terkontaminasi kepentingan politik juga melahirkan perdebatan yang belum selesai. Salah satunya, soal asal muasal virus, apakah makhluk ini sengaja diciptakan melalui rekayasa genetika di laboratorium atau ia berasal dari binatang dan kemudian menulari manusia.
Terlepas dari itu, temuan saintis kemudian menjadi referensi politisi yang memiliki otoritas untuk mengambil kebijakan yang cepat dan tepat. Merumuskan protokol atau aturan yang harus diterapkan agar virus tidak menyebar dan menulari banyak orang. Dalil-dalil kesejarahan digunakan untuk menguatkan argumentasi kebijakan. Misal merunut pada wabah flu Spanyol di awal abad 20, atau lebih jauh pada wabah di zaman para nabi, ribuan tahun yang lalu.
Sementara Mistikus disisi lain, punya pandangan berbeda-beda soal asal-usul dan perilaku virus. Pandangannya yang menilisik tajam kepada hal yang bersifat hakikat sulit diterima oleh khalayak manusia modern di abad ini. Mistikus juga tidak punya rujukan keilmuan yang baku karena sebagian besar argumentasinya didasari pengalaman batin pribadi-pribadi. Misalnya, si Anu menyebut virus ini adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dan mencoba memberikan visualisasi bentuknya seperti ini dan seperti itu. Tujuannya, untuk ini dan untuk itu.
Pendapat mereka, akan sangat jarang kita temukan dalam bentuk jurnal, apalagi kemudian dibahas dalam forum diskusi. Terasa lucu dan aneh jika pandangan Mistikus dalam konteks ini kemudian menjadi bahan untuk diseminarkan. Meskipun, terkadang secara kebatinan kita ingin juga mengiyakan sebagian argumentasi mereka karena yang kemudian terjadi, hampir persis dengan apa yang mereka ramalkan.
Ada cerita berkembang di tengah masyarakat. Salah satunya, tentang seorang wali yang diberikan kelebihan dapat melihat dan berkomunikasi dengan makhluk kasat mata. Orang saleh tersebut bertemu rombongan wabah yang sedang berjalan menuju Damaskus dan menanyakan apa yang mereka tuju. Rombongan wabah menjawab tujuan mereka akan menyebarkan penyakit di Damaskus selama dua tahun dengan target korban seribu orang meninggal. Benar saja, beberapa bulan kemudian, masyarakat Damaskus dilanda kepanikan diserang wabah. Disebutkan, ada 50 ribu orang meninggal dunia akibat penyakit menular yang disebarkan wabah tersebut.
Dua tahun kemudian, wali yang sama bertemu lagi dengan rombongan wabah yang bergerak menuju pulang. Wali itu menanyakan apa hasil yang mereka dapat. Pimpinan rombongan wabah itu menjawab tugas mereka sudah selesai dengan korban meninggal dunia sebanyak 50 ribu orang.
Alangkah tercengang sang Wali mendengar korban sebanyak itu. Ia melayangkan protes karena sebelumnya wabah mengatakan hanya akan menjangkit seribu orang saja. “Kami hanya menyebarkan kepada seribu orang saja, sisanya mereka meninggal karena kepanikan,” jawab pimpinan rombongan wabah.
Kalangan saintis, hampir bisa dipastikan tidak akan memercayai cerita tersebut. Tetapi, korelasi bahwa kepanikan dalam menghadapi sebuah kondisi akan berdampak keadaan menjadi buruk, juga dibenarkan oleh kalangan mereka. Tentu mereka menggunakan pendekatan berbeda. Sekali lagi, hal-hal yang bersifat mistik sangat sukar diterima kalangan yang menghambakan diri pada intelektual.
Tentu saja, pengaruh saintis, mistikus. politisi, dan sejarawan tidak hanya soal bagaimana menghadapi pandemi, tapi menyangkut hampir semua masalah kehidupan kita. Namun hari ini, kita sedang memasuki masa yang amat sulit. Pandemi COVID-19 yang sudah memasuki tahun kedua ini, merubah banyak hal. Bukan hanya soal masalah kesehatan dan ekonomi, tetapi juga pendidikan dan masalah sosial lainnya.
Pandemi membawa kita pada keadaan yang sangat memaksa. Sadar atau tidak sadar, perilaku kita hari ini adalah proses kesejarahan yang akan kita tengok saat kita sudah melewatinya. Kita sedang menulis sejarah kita. Saintis, Mistikus, politisi, dan sejarawan akan sangat memengaruhi cerita apa yang sedang kita tuliskan. Kita akan memberi nilai baik atau tidak saat nanti kita sudah ada di masa depan.
Tentunya, harapan kita apapun yang kita lakukan hari ini, punya dampak baik pada kehidupan di hari mendatang. Kita bisa menangani penyakitnya, sekaligus tetap menjaga kemanusiaan kita. Ada hal yang logis namun juga harus punya orientasi spiritual.
Sayangnya, kita belum mendapat penjelasan dari mas Prie GS soal apa yang dianggapnya luar biasa dari gabungan empat unsur ini.
Saeful Ramadhan