BogorOnline.com-KLAPANUNGGAL
Perusahaan pengolah limbah bahan beracun berbahaya (B3) PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) beberapa kali meraih CSR Award dari Pemerintah Jawa Barat. Penghargaan ini diberikan bukan tanpa alasan. Sejumlah program dijalankan bukan hanya sebatas kegiatan charity, namun juga program yang bersifat sustainability atau berkelanjutan.
Demikian kesaksian yang diungkap sejumlah warga dan tokoh masyarakat di Desa Nambo kepada wartawan. “Kami apresiasi kontribusi PPLI terhadap desa kami begitu luar biasa dan konsisten setiap tahunnya. Dana CSR yang dialokasikan setiap tahunnya menjadi tambahan PAD desa diluar dana yang dialokasikan pemerintah pusat,” kata Kepala Desa (Kades) Nambo Nanang saat ditemui usai kegiatan turnamen sepak bola Kades Cup 2023 di lapangan sepak bola Desa Nambo, Klapanunggal, Minggu (3/12).
Dalam kegiatan yang juga disponsori perusahaan asal negeri Sakura Jepang tersebut, Nanang menilai secara umum PPLI selama ini sudah mengikuti prosedur yang ada. “Sudah menerapkan sesuai aturan dan selama ini juga tetap menjalin hubungan baik dengan Pemerintah Desa,” katanya.
Dikatakannya, program CSR PPLI sudah mencakup semua bidang mulai dari dukungan infrastruktur pendidikan, dan kesehatan, maupun bantuan tahunan kepada warga berbentuk sembako.
Nanang mencontohkan salah satu program yang berkelanjutan dari PPLI adalah pendirian puskesmas pembantu (Pustu). “Keberadaan Pustu ini sangat membantu. Sebelum ada Pustu, warga yang akan berobat harus ke puskesmas Klapanunggal yang jaraknya lebih jauh,” katanya.
Manfaat Pustu ini juga diakui salah-seorang warga RT 11/06, Inah (42). “Alhamdulillah saya cocok berobat di Pustu. Obat-obatnya paten. Dokter dan bidannya melayani dengan baik,’ ungkapnya.
Mengenai adanya pungutan yang ditarik terhadap pasien senilai Rp 5000 hal itu dianggap wajar. “Biaya itu kan buat administrasi sama seperti kalau berobat di Puskesmas Klapanunggal juga segitu biayanya. Udah dapat obat dan dilayani dokter atau bidan,” terangnya.
Terkait biaya 5000 rupiah tersebut, petugas Pustu Ela mengaku biaya tersebut merupakan ketentuan dari Puskemas klapanunggal. “Ini kebijakan pemerintah, bukan dari Pustu. Bahkan bila pakai kartu asuransi atau BPJS tidak dipungut biaya sama sekali,” jelasnya.
Selain puskesmas, perhatian PPLI juga terlihat dari dukungan pembangunan infrastruktur di Desa Nambo. “Di RT 11 RW 06 ini PPLI mensupport beberapa pembangunan seperti mushola dan sarana pendidikan,” ujar Ketua RT 11 RW 06, Lanin Saptadipura.
Disaat musim kemarau kemarin, lanjut Lanin RT-nya mendapatkan bantuan air bersih. “Lebih dari 70 tangki. Kebetulan banyak sumur warga kering karena kemarau. PPLI langsung merespon dengan mendistribusikan air bersih. Alhamdulillah kebutuhan air akhirnya tercukupi,” terangnya.
Awal 2024 ini lanjut Lanin PPLI juga berencana membangunkan sumur bor buat dua RT yang airnya akan dialirkan ke rumah – rumah warga. “Setiap tahunnya bantuan sembako juga diterima seluruh warga yang wilayahnya langsung bersebelahan dengan perusahaan. Ribuan paket di distribusikan ke warga. Bahkan dibandingkan perusahaan – perusahaan yang lain yang ada di Desa Nambo, PPLI merupakan perusahaan yang paling sering membantu kebutuhan masyarakat,” pujinya.
Pemerintah desa juga selalu menginformasikan bantuan tahunan dari PPLI. “Tahun 2023 saja bantuan tunai dari PPLI ke PAD desa sampai 180 juta. Ini dibagi oleh kades ke RT – RT yang ada di wilayah ring 1 PPLI. RT 11/06 tahun lalu dapat 12,5 juta. Biasanya bila RT dapat dana kita langsung undang warga untuk alokasi penggunaan dana itu,” terang Lanin.
Selain bantuan infrastruktur, jumlah warga juga cukup banyak yang diperkerjakan oleh PPLI. “Kurang lebih ada 20 orang warga saya yang kerja di PPLI, baik di perusahaannya maupun di kontraktornya,” terang Lanin.
Sedangkan secara terpisah, ditemui di TPQ Al Mutiah binaannya, salah satu tokoh agama di Desa Nambo, ustadz Cecep memaparkan dukungan PPLI terhadap perkembangan pendidikan Islam di desanya. “Selain bantuan infrastruktur bangunan TPQ kami, beasiswa juga diberikan buat siswa – siswi yang akan melanjutkan ke pesantren. Bahkan sebagian sudah ada yg lulus dari pesantren,” tandas Cecep.
Pembangunan mushola di tempatnya tinggal juga banyak dimotori oleh PPLI. “Sekarang masih pembangunan. Dana awalnya dibantu PPLI, selanjutnya didukung peran serta warga sekitar. Adalagi bantuan pembuatan sumur air dalam dan pompanisasi. Airnya dialirkan ke rumah-rumah warga,” tandasnya.(rul)