Cibinong – bogoronline.com – PT. Prayoga Pertambangan dan Energi (PPE) diminta untuk fokus menjalankan bisnis Asphalt Mixing Planet (AMP) dan batu, dan tidak perlu merambah bisnis lainnya, seperti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
“Bisnis PLTSa itu membutuhkan modal yang besar dan teknologi tinggi, jadi untuk sementara ini lebih jajaran direksi mengembangkan bisnis AMP dan batu saja,” kata Ketua DPRD Ade Ruhandi, kepada wartawan ditemui usai menghadiri syukuran HPN ke – 70 bersama Kelompok Kerja Wartawan (Pokwan) Selasa (09/02).
Menurut pria yang disapa Jaro Ade, bisnis yang dijalankan PPE banyak yang harus dibenahi, seperti pada bisnis tambang batu di Cigudeg, di mana dirinya mendapatkan laporan dari Perhutani, PPE dituding telah menyerobot lahan milik mereka.
“PPE bahkan informasinya telah ditegur Perhutani, makanya DPRD minta manajemen PPE mengoreksi atau mengkaji bisnis plan yang dijalankan,” tegas Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Bogor ini.
Direktur Utama PT. PPE Radjab Tampubolon mengatakan, bisnis proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) ini bekerja sama dengan sebuah perusahaan multi nasional asal Tiongkok.
“Modal untuk pembangunan PLTSa sendiri bukan berasal dari bantuan pemerintah, tapi dari pinjaman sejumlah bank, listrik yang dihasilkan dari sampah Galuga akan dijual ke PLN,” kilahnya.
Rencananya, proyek pembangunan PLTSa akan dimulai tahun 2017 mendatang. “Tahun 2016 akan dilaksanakan studi kelayakan. “Nah selain listrik, sisa pembakaran sampah akan dipakai sebagai bahan pembuatan batako. PLTSa ini tidak akan menimbulkan pencemaran, karena menggunakan teknologi tinggi yang ramah lingkungan,” jelasnya.
Lebih lanjut Radjab mengatakan, meski akan mengembangkan proyek PLTSa, perusahaan tidak akan meninggalkan bisnis lamanya yakni memproduksi AMP dan penambangan batu di Cigudeg. “Tahun 2016 ini, aspal yang kita produksi ditargetkan mencapai 52 ribu ton dan sebelumnya 42 ribu ton, sementara kapasitas produksi untuk batu belah sebesar 250 ribu meter kubik,” ujarnya.
Radjab mengklaim, aspal yang diproduksi perusahaanya telah digunakan untuk perawatan Jalan Tol Jagorawi, karena dari sisi kualitasnya telah memenuhi persyaratan. “Orang luar Bogor saja percaya dengan produksi kita. Masa kontraktor lokal malah beli dari luar. Harusnya mereka pakai produk asli Bogor,” ungkapnya.
Ketua Gabungan Pelaksana Nasional (Gapensi) Kabupaten Bogor, Enday Dasuki mengaku dari sisi kualitas AMP produksi PPE sudah memenuhi standar dan bisa bersaing dengan produsen lainnya.
“Tapi, Kualitas saja kan tidak cukup, jika harganya tidak masuk hitungan pengusaha, makanya jika ingin aspal PPE dibeli pengusaha kontruksi, harganya harus bersaing dengan produsen lainnya,” tandasnya. (zap)