Gunung Sindur – bogoronline.com – Kendati Kabupaten Bogor ini memiliki APBD yang nilainya cukup fantastis, karena menembus angka hampir Rp 6 triliun dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp 2 triliun lebih, namun ironisnya di wilayah yang memiliki 40 kecamatan ini banyak jalan-jalan yang rusak ditandai dengan lubang-lubang menganga di tengah badan jalan, seperti yang terlihat di Jalan Gunung Sindur – Prungpung.
“Jalan ini rusak sejak tahun 2012 lalu, tapi anehnya sampai sekarang belum ada upaya jalan ini diperbaiki secara permanen, padahal tiap jamnya jalan ini tak pernah sepi dari lalu lintas kendaraan,” ungkap Ahmad, seorang pengendara motor, Rabu (30/03).
Jaing, pengendara motor lainnya mengatakan hal senada, menurut dia, gara-gara Jalan Gunung Sindur – Prumpung rusak, kerap terjadi kecelakaan lalu lintas, terutama ketika hujan turun, karena lubang-lubang yang menganga tidak terlihat. “Gunung Sindur itu kan bagian dari Kabupaten Bogor, dan semua warga di sini aktif bayar pajak, tapi mengapa masalah jalan saja tidak diperhatikan,” sesalnya.
Pengawas Jalan dan Jembatan Unit Pelaksana Teknis (UPT) wilayah Parung Deden mengatakan, Jalan Gunung Sindur – Prumpung tiap tahun selalu diperbaiki, namun karena beban kendaraan yang melintasi di atasnya kerap melebihi tonase, akibatnya jalan yang diperbaiki tak tahan lama.
“Kami minta warga bersabar, yang jelas tahun ini, Jalan Gunung Sindur – Prumpung diperbaiki,” ujarnya.
Kepala Bidang Pengelolaan dan Perawatan Jalan Dinas Bina Marga dan Pengairan Nana Supriatna tidak menutup mata, selama musim hujan banyak ruas jalan yang rusak.
“Dari data yang ada, jalan rusak itu panjangnya mencapai 435, 7 kilometer dari total 1.748 total jalan milik Kabupaten Bogor. “Tahun 2016 semua jalan rusak akan kita perbaiki dengan anggaran Rp 98,3 miliar,” jelasnya.
Nana menerangkan, penyebab utama yang mempercepat kerusakan jalan itu, bukanlah dari kualitas aspal yang dibawah standar. “Aspal yang kita gunakan untuk memperbaiki jalan sesuai dengan aturan. Nah kerusakan jalan disebabkan, banyaknya saluran air tak berfungsi, akibat banyaknya sampah dan lumpur yang mengendap,” kilahnya.
Tak hanya itu, di beberapa wilayah kata Nana, banyak saluran air yang atasnya ditutup masyarakat. “Dalam aturan kan tidak boleh, tapi masalahnya banyak masyarakat yang belum mengerti,” pungkasnya. (zah)