bogorOnline.com
Dikutip dari salah satu media online nasional, Perang Dunia II hingga saat ini dipandang sebagai perang dahsyat yang menyebabkan kerusakan di berbagai belahan dunia. Namun, selain mengenai kontak senjata, peralatan perang hingga korban tewas terdapat satu hal yang luput mendapatkan perhatian dari masyarakat umum.
Hal itu adalah intelijen. Ratusan mata-mata tersebar di medan perang untuk mengumpulkan informasi demi memudahkan jalannya perang hingga berusaha mengakhirinya. Dari sisi sekutu hingga pasukan axis (Jepang dan Nazi), Richard Sorge termasuk mata-mata yang ulung yang paling diandalkan. Namun, perjalanan spionase Sorge untuk Uni Soviet berakhir pada 7 November 1944.
Pada awalnya Sorge ikut berperang dalam Perang Dunia pertama bersama dengan pasukan Jerman. Ia kemudian mengambil gelar doktor bidang ilmu politik di Universitas Hamburg. Usai mendapatkan gelarnya, Sorge bergabung dengan Partai Komunis Jerman pada 1919 dan pergi ke Uni Soviet pada 1924, diduga pada saat inilah ia diinisiasi menjadi mata-mata Soviet.
Misi pertama yang Sorge dapatkan dari Soviet adalah pada akhir 1920-an ketika ia dikirim ke China untuk mengatur pembentukan jaringan mata-mata. Kembali ke Jerman, ia mulai menutupi identitasnya dengan bergabung dengan Partai Nazi pada 1933. Mulai terlihat sebagai warga negara Jerman yang patuh, ia memberanikan diri dan meningkatkan reputasinya sebagai jurnalis dengan bekerja di Frankfurter Zeitung.
Pada pertengahan 1930-an, Sorge meyakinkan para editornya agar ia dikirim ke Tokyo sebagai koresponden asing. Ketika berada di Jepang, Sorge kembali membentuk jaringan mata-mata, bahkan ia bisa merekrut penasihat kabinet Jepang dan warga Amerika Serikat yang beraliran komunis. Keduanya membantu Uni Soviet sebagai penerjemah untuk Sorge.(rul)