Kota Bogor – bogorOnline.com
Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) menganugerahi Biodiversity Award kepada Almarhumah Ibu Negara RI ke-6 Kristiani Herrawati Yudhoyono atau yang dikenal dengan sapaan Ani Yudhoyono atas dedikasinya menginisiasi penulisan buku “3.500 Plant Species of The Botanic Gardens of Indonesia” dan “Koleksi Tanaman Herbalia Istana Cipanas”.
Acara yang berlangsung di Green Garden Cafe, Kebun Raya Bogor pada Selasa pagi, 5 November 2019 dihadiri oleh keluarga besar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tampak hadir Agus Harimurti Yudhoyono dan istrinya Annisa Pohan dan Edhie Baskoro Yudhoyono, Ruby Aliya Rajasa dan Hatta Rajasa. Selain itu, hadir pula Wali Kota Bogor Bima Arya dan Wakilnya Dedie A Rachim.
Ketua KOBI, Budi Setiadi Daryono mengatakan, bahwa anugera penghargaan tersebut diberikan kepada Ani Yudhoyono atas dedikasi dan kecintaannya kepada lingkungan dan tumbuhan.
“Beliau adalah Ibu Negara, beliau memiliki konsen yang sangat tinggi, sebelum jadi Ibu Negara juga kita lihat track record-nya beliau memiliki kecintaan terhadap lingkungan yang sangat tinggi,” ujarnya.
Budi melanjutkan, karya yang telah dihasilkan oleh Ani Yudhoyono juga sangat banyak dan bermanfaat bagi bidang akademisi dan masyarakat luas. Seperti salah satunya, dua buku 3.500 Plant Species of The Botanic Gardens of Indonesia dan Koleksi Tanaman Herbalia Istana Cipanas.
“Dua varian tadi yang oleh komisi dewan kehormatan KOBI dinilai sebagai salah satu capaian dan peninggalan beliau yang sangat bisa kita lanjutkan, bagi akademisi ini sangat baik akan menjadi satu rujukan bagi pustaka, bagi para peneliti yang ada di KOBI dan para mahasiswa sehingga kesadaran untuk lingkungan hidup bisa terus kita lestarikan dan kita jaga bersama,” ujarnya.
Sementara itu, SBY menyampaikan rasa terimakasihnya atas penganugerahaan yang diberikan kepada Ani Yudhoyono.
“Saya ucapkan terimakasih kepada keluarga besar KOBI atas inisiatif dan ketulusan untuk memberikan penghargaan kepada Almarhumah istri tercinta ibu Kristiani Herrawati Yudhoyono, semoga Allah SWT membalas budi baik bapak ibu sekalian. Semoga apa yang dilakukan KOBI ini membuka jalan yang lebih lebar untuk melestarikan kehidupan dan sumber kehidupan untuk masa depan sekaligus lingkungan,” katanya.
Pada kesempatan itu, SBY menceritakan bahwa selama 43 tahun hidup bersama istri tercintanya, ia sangat mengerti apa yang ada dalam hati dan pikiran Ani Yudhoyono. Bahkan jauh sebelum menjadi Ibu Negara mendampingi SBY. Pada masa itu Ani Yudhoyono tak pernah berhenti melakukan kegiatan untuk lingkungan.
“Apa yang dilakukan almarhumah selama 10 tahun ketika menjadi first lady telah menjadi bagian dari sejarah, tetapi yang saya ceritakan itu apa yang dilakukan almarhumah itu berangkat dari cinta, fashion terhadap kehidupan terhadap lingkungan, tanam-tanaman, bunga-bungaan, satwa dan kehidupan dalam arti umum,” katanya.
SBY juga menceritakan, bahwa Ani Yudhoyono sudah melakukan sesuatu untuk lingkungan sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari ketika dirinya masih bertugas di TNI.
“Dulu kala ketika kami masih awal dalam rumah tangga saya bertugas di TNI sebagai Letnan, Kapten, bersama alhmarhumah dengan gaji yang paas-pasan dengan rumah yang sangat kecil ukuran 36 meter persegi, pekarangan kami barangkali hanya 5×5 meter tetapi kami menanam bunga, pohon dan kami merawat baik-baik, juga almarhumah menanam cabai dan tomat, becouse we love sampai akhir khayatnya,” katanya.
Tak hanya itu, Ani Yudhoyono juga sering kali menandai kelahiran cucu tercintanya dengan menanam satu bibit pohon di pekarangan rumah. Bahkan saat ini di kediamannya di Cikeas telah tumbuh sebuah hutan kecil yang dirintis oleh Ani Yudhoyono.
“Kalau bapak ibu berkenan berkunjung ke Cikeas pekarangan kami jadi hutan, hutan yang lestari hutan yang sejuk dan itu saya pribadi dan almarhumah mencari pohon sendiri, bunga sendiri dan menanamnya. Setiap kelahiran cucu kami alamarhumah selalu mengabadikan dengan cara menanam pohon dan memeliharanya hingga sekarang ini,” katanya.
Saat menjadi Ibu Negara Ani Yudhoyono juga memiliki konsen terhadap penghijauan Indonesia, untuk membuat gerakan-gerakan tanam pohon dan pelihara pohon.
“Saya kira sejarahlah yang mencatat atau barangkali tidak semua mengingatnya, tapi saya yakin itu semua karena kecintaan dan ketulusan almarhumah, meskipun kadang-kadang ada yang mencemooh, ada yang mengkritik, tetapi ditengah malam ketika selepas salat kadang-kadang dengan air mata yang berlinang mengatakan saya akan terus melakukan ini karena saya yakin nanti puluhan tahun kedepan akan dirasakan dampaknya mengapa kita menanam dan memelihara pohon,” katanya. (HRS)