BOGORONLINE.com, Bogor Tengah – Bogor Street Festival – Cap Go Meh (BSF – CGM) 2020 sukses digelar pada Sabtu (08/02/2020). Ribuan orang memadati kawasan tempat berlangsungnya acara sepanjang Jalan Suryakencana hingga Jalan Siliwangi, Kota Bogor. Mereka datang untuk menyaksikan seni budaya yang ditampilkan oleh ribuan pengisi acara.
Cuaca cerah turut menambah kesempurnaan acara di jalur ‘naga‘ tersebut. Suasana pun makin sejuk ketika dilakukan doa bersama lintas agama. Enam pemuka dari enam agama yang diakui di Indonesia pun memanjatkan doa sebagai bentuk syukur atas kebersamaan dalam keberagaman sebagai warisan leluhur.
Acara yang masih tetap mengusung tagline “Ajang Budaya Pemersatu Bangsa” itu dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Kapolda Jawa Barat Irjen Rudy Sufahriadi, Danrem 061/Sk Brigjen Novi Helmy Prasetya, Wali Kota Bogor Bima Arya, Wakil Wali Kota Bogor Dedi Rachim dan jajaran Forkopimda Kota Bogor. Selain itu, tampak hadir beberapa tamu undangan duta besar.
Dalam sambutannya sebagai tuan rumah, Bima Arya mengatakan, Bogor Street Festival merupakan helatan kesenian dan kebudayaan untuk semua kalangan. “Hari ini segala rupa manusia ada di depan kita. Ada yang lansia, ada juga yang balita. Ada tentara, ada juga warga biasa. Semua agama juga ada di sini. Seluruh warna bisa dilihat ada di sini. Tujuannya pasti macam-macam. Ada yang ke sini karena ingin melihat atraksi kesenian, ada yang mau wisata kuliner, ada pula yang ingin cari jodoh,” ungkap Bima.
“Apapun tujuannya datang ke sini, yakinilah semuanya ada di sini untuk menikmati dan merayakan hal yang sangat luar biasa yang ada di Kota kita tercinta, yaitu kerukunan dan kebersamaan. Tidak mungkin Bogor Street Festival CGM ini bisa ada kalau kita tidak rukun. Tidak mungkin ini bisa terselenggara dengan baik kalau tidak ada kebersamaan diantara kita. Banyak yang penting, tapi yang paling penting dari semua adalah kebersamaan kita. Tidak mungkin kita melangkah ke depan tanpa kita semua bersama,” tambahnya.
Bima menambahkan, Bogor Street Festival CGM ini bukan sekedar hiburan semata. “Ada tari-tarian tetapi Insya Allah ini pun lebih dari sekedar kebudayaan. Ini adalah bukti bahwa Kota Bogor memiliki kerukunan dan kebersamaan yang kuat dari masa ke masa. Inilah Kota Bogor, inilah Indonesia. Saya berterima kasih kepada TNI/Polri, panitia, warga dan semua pihak yang telah berjibaku sehingga acara ini berjalan dengan tertib,” ujar Bima.
Bima mengaku bahwa secara teknis penyelenggaraan Bogor Street Festival CGM 2020 sudah lebih baik lantaran masuk dalam Top 100 Calender of Event dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif.
“Secara teknis lebih baik dari tahun lalu, karena ada asistensi dari Kemenpar. Tadi digaris bawahi oleh Pak Menteri adalah merayakan perbedaan. Kita ingin tunjukan bahwa orang Bogor sangat menghargai keberagaman, kota yang toleran,” tandasnya.
Di tempat yang sama, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang sudah dua tahun berturut-turut menghadiri Bogor Street Festival, mengaku bahwa pesan dari acara ini cukup banyak, termasuk adalah menjaga persatuan dalam keberagaman.
“Itu pesan pentingnya. Jadi, Jawa Barat harus kuat, isu toleransinya, keberagamannya, ini puncaknya itu dengan festival ini. Kedua, adalah pariwisata menjadi bangkitan dari kegiatan ini. Orang datang, orang menginap di Bogor, orang beli makanan dan lain-lain. Dan yang ketiga tentu menjaga budaya dari berbagai daerah. Karena bangsa yang kaya adalah bangsa yang budayanya besar,” ujar Kang Emil.
Emil juga menyebut bahwa kunjungan wisatawan ke wilayah Jawa Barat terus meningkat. “Target 51 juga wisatawan, tahun lalu yang datang 60 juta. Artinya, orang betah di Jawa Barat. Event di Jawa Barat ini ada lebih dari 100, satu dari 5 yang didukung oleh Pemerintah Pusat adalah CGM Bogor,” pungkasnya.
Bogor Street Festival – CGM dibuka secara resmi oleh Menparekraf Wishnutama Kusubandio ditandai pelepasan pengisi acara dengan pengibaran bendera dan suara mainan otok otok. Event kali ini yang bertemakan “Looking Eastword” tersebut juga menyuguhkan keberagaman kesenian budaya nusantara, dan tentunya yang menonjol adalah budaya Jawa Barat.
Karnaval diawali dengan iring-iringan Musik Bambu dari Sanggar Andika, Angklung dari Komunitas Cinta Berkain, Art Performance dari Pemuda Belong, Sabeungkeutan dari Sekolah Taruna Bangsa, Hadroh dari Pemuda Pulo Geulis, Monolog oleh Kabayan, Tari Dayang.
Selanjutnya, pembacaan Wangsit Siliwangi, Dance “Looking Eastward”, Tari Tayub, Kie Lin, Purna Paskibraka Indonesia, Mapag Agung, Drumband Chanka Ksatria Bhakti dari PUSDIKZI, Pawai baju adat 34 Provinsi, Formasi Pasukan Pembawa Bendera Pusaka, Nyi Pohaci dari Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta, Angklung Gubrag dan Tari Rengkong dari Kabupaten Bogor, Tari Lego-lego dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ada juga Rengkak Ayakan dari Gandes Pamantes, Tari Emambo Simbo (Papua) dari Sanggar Etam, Lan Yang Dance (Taiwan), Electric Techno Neon Gods (Taiwan), Tari Mapadendang (Sulawesi Selatan) dari Sanggar Seroja, Siloka Dadali (Kabupaten Bogor) dari Annisa Rumpaka, Tandok (Sumatera Utara) dari Sanggar Getar Muda, Panarat dari Citra Budaya, Egrang (Kabupaten Karawang) dari Sanggar Singa Putra, Lengser Ambu dari Komunitas Lengser Bogor Raya.
Liong Kopassus, Delman Hias, Marching Band MY, Sang Hyang Awi (Kab. Bandung Barat) dari Arga Studio, Santika Yuda dari Getar Pakuan, Ondel-Ondel (DKI Jakarta) dari Sirih Entertainment, Kereta Kencana, Mabokuy (Kabupaten Ciamis) dari Sanggar Tunas Muda , Reog Ponorogo (Jawa Timur) dari Reog Singo Ngumboro, Ogoh-ogoh Bali BRIMOB Resimen II Pelopor (Pure Natashakti), 25 Joli, 25 grup Liong-Barong dari Bogor dan sekitarnya, Live Music dan penampilan lainnya. (*/Hrs)