KEMANG – Mengantisipasi adanya peningkatan kasus reaktif HIV di wilayah Kabupaten Bogor, Dinas Kesehatan (Dinkes) bakal memperbanyak dan memperluas giat screening (pemeriksaan) dan rapid test HIV.
Hal ini diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Bogor Adang Mulyana Datin saat dikonfirmasi redaksi media ini.
Adang menjelaskan, hal tersebut dilakukan guna mengetahui lebih dini paparan HIV sekaligus untuk mempersiapkan tata laksana dari pencegahan dan pengobatan bagi yang reaktif (terpapar) virus HIV.
“Selain melakukan giat kerjasama screening dengan KPAD di lokasi populasi kunci, saat ini juga Dinkes memperluas screening dan rapid test di tempat lain dengan sasaran populasi resiko, seperti ibu hamil dan lainnya,” ucap pria yang akrab dipanggil Datin ini.
Dikonfirmasi terkait peningkatan angka reaktif HIV yang beberapa waktu lalu disampaikan KPAD dan sejumlah pegiat kesehatan, Adang mengatakan, peningkatan tersebut terkorelasi dengan perluasan giat screening yang dilakukan.
“Ya memang ada peningkatan dari kasus reaktif HIV, itu juga karena volume kegiatan screening yang diperbanyak dan diperluas. Namun kalau dihitung secara prosentase angkanya relatif kecil,” ujarnya.
Adang menjelaskan, dari 84.786 orang yang dilakukan screening hingga akhir tahun 2022, tercatat hanya ditemukan 746 orang yang terpapar (reaktif) HIV atau dengan kata lain hanya 0,4 persen saja.
Sementara untuk tahun 2023 ini, hingga akhir bulan Mei, sudah di lakukan pemeriksaan rapid test kepada 29.355 orang. Hasilnya, ada 303 yang reaktif terpapar HIV.
“Jadi prosentase secara umum itu masih kecil kalau mengacu hasil screening. Giat screening tersebut di lakukan di populasi kunci serta populasi resiko. Jadi makin banyak dan makin luas kegiatan screening maka potensi prosentase paparan semakin besar,” papar Datin.
Kabid P2P menegaskan, melihat hal tersebut sangat diperlukan ada kepedulian dan keterlibatan dari semua pihak guna meminimalisir serta mengurangi penularan HIV Aids. Terutama dalam pencegahan dan penanggulangan dini.
“Makanya terus dilakukan deteksi dini melalui kegiatan screening di populasi kunci dan populasi resiko. Selain itu edukasi di sekolah serta edukasi di setiap tempat seperti posyandu dan lainnya. Dinkes juga akan melakukan Rencana Aksi Daerah melibatkan semua pihak,” tukas Adang Mulyana.