BogorOnline.com, CIBINONG- Kerjasama dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), antara Indonesia dengan Turki tak hanya untuk mengasahan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) di kedua negara. Namun juga untuk saling bertukar jenis produk unggulan dan yang diinginkan masing-masing negara.
Small and Medium Enterprises Organization (KOSGEB) Republik Turki pun menjadikan UMKM Kabupaten Bogor dengan melihat oasa banyaknya jumlah pelaku UMKM di Bumi Tegar Beriman yang mencapai 41 ribu.
Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kabupaten Bogor, Yani Hasan menjelaskan, kerjasama yang dibangun tak hanya untuk UMKM. Termasuk di bidang investasi ke depannya.
“Mereka juga berminat berinvestasi dalam bidang energi di Indonesia. Sekaligus menghapuskan batas dan meningkatkan ekonomi di kedua negara,” kata Yani di Gedung Serbaguna I Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor, Cibinong, Rabu (28/9) sore.
Menurut Yani, KOSGEB melihat sesuatu yang bisa dibawa ke Turki. “Untuk kebutuhan atau keinginan mereka yang diharapkan dari Indonesia yakni produk kulit buaya dan kulit ular. Kalau dari Kabupaten Bogor, kerajinan tangan dan tekstil yang dibutuhkan mereka,” lanjutnya.
Sementara Vice President KOSGEB Turki, Suleyman Islamoglu mengungkapkan, kerjamasama sejauh ini yang dilakukan Turki dengan Indonesia mencapi 2,5 miliar dolar AS, yang didominasi ekspor mesin pertanian kr Indonesia.
“Selain itu, alat pertahanam juga banyak dikirim dari Turki, alat pengobatan serta mesin-mesin kelistrikan dan barang elektronik,” katanya didampingi penerjemah.
Sementara ekspor Indonesia ke Turki meliputi tembakau, baham baku pembuatan rokok, bahan baku tekktil, serta bahan. Makanan setengah jadi.
“Dengan kerjasama ini diharapkan bisa menjembatani pebisnis UMKM dalan menjalin hubungan antara pelaku usaha di kedua negara. Karena program ini untuk mempercepat perumbuhan ekonomi di kedilua negara,” katanya.
Ia pun berharap, Indonesia lebih proaktif dalam menjalin kerjasama ini
Karena, dalam 26 kerjasama yang telah dilakukan, kegagalan beeawal dari tersendatnya komunikasi antar kedua negara.
“Kerjasama yang telah dilakukan dalam 26 tahun, bukannya tanpa cacat atau gagal. Tapi kegagalan itu lebih banyak karena pola komunikasi yant buruk. Maka kami berharap Indonesia bisa lebih proaktif agar kerjasama ini berjalan mulus,” tukasnya.
Suleyman mengaku, dalam beberapa bulan ke depan bakal ada pertukaran staf ahli untuk kepentingan pengembangan UMKM. “Indonesia ini memiliki tingkat perekonomian yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Maka kami ingin menjadikan Indonesia sebagai partner bisnis,” pungkasnya. (cex)