Benarkah suara tuhan mengikuti suara rakyat?

Headline, Sosok128 views

Ketika satu satu suara dihimpun, ia akan menentukan Nasib sebuah bangsa -negara kini dan dimasa depan. Suara itu yang kemudian akan melahirkan penguasa dan penguasa itu yang akan memperoduksi dan menentukan kebenaran. Sebuah kebenaran yang akan mengatur interaksi dan relasi yang harus dijalin. Dengan demikian, penguasa akan menentukan tujuan, jalan dan arah berbangsa dan bernegara.
Foucault, menempatkan kebenaran, rasio, ilmu, pengetahuan, wacana akademik, Pendidikan, pengobatan, ekonomi dan lain sebagainya berada dalam relasi kekuasaan. Inilah makna dimana kekuasan akan memproduksi kebenaran, dan kebenaran syarat dengan kepentingan kekuasaan
Kekuasaan harus dilihat dalam dua sudut pandang. Pertama, kekuasan sebagai sebuah system dan kedua, penyelenggara system itu sendiri. Negara sebagai system kekuasaan merupakan antithesis dari system Kerajaan yang kemudian menjadikan demokrasi sebagai jalan suksesi kepemimpinan merupakan pilihan rasional yang menjunjung tinggi keadilan, Dimana manusia ditempatkan sama dan sejajar yang memiliki hak dan kewajiban yang sama (dipilih dan memilih). Sistem ini kelihatannya sangat elok dan menawan sebagai alternatif ketika system Kerajaan dianggap irrasional dan diskriminatif. Bentuk, isi, warna dan manifestasi sebuah system akan sangat ditentukan oleh penyelenggara system. Seperti apa kualitas penyelenggara system akan menentukan warna dan manifestasi system itu sendiri.
Secara kuantitatif, manusia hakikatnya sama dan sejajar, namun secara kualitatif, manusia memiliki potensi yang beragam dan berbeda. Demokrasi menempatkan keadilan kuantitatif dengan menempatklan manusia sama dan sejajar hanya memiliki satu suara dengan mengabaikan keadilan kualitatif, dimana suara seorang professor atau seorang alim sama dengan suara orang yang bodoh dan bokbrok secara moral yang sama sama memiliki hak satu suara.
Dari asumsi diatas, benarkah “suara rakyat itu suara tuhan” atau suara tuhan mengikuti suara rakyat? Mengapa kuantitas mengungguli kualitas? Allah SWT dalam hal ini menegaskan dalam firmannya “Jika kamu mengikuti ‘kebanyakan’ orang-orang yang di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Q.S. 6: 116)

 

ARTIKEL REKOMENDASI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *