bogorOnline.com
Saduran dari salah satu media online nasional, gua purba, artefak, dan benda-benda peninggalan bersejarah telah lama menjadi daya tarik banyak orang untuk menjelajahi dunia. Penggemar dan ahli sejarah rela menyambangi tempat terpencil di suatu negara Amerika Latin misalnya, hanya untuk menemukan artefak berupa patung peninggalan masa lampau. Eropa dan daratan Amerika Latin sebagai kawasan dengan sejarah peradaban yang panjang menjadi ‘lahan subur’ bagi peninggalan bangunan dan benda bersejarah. Sebagai bangsa dengan sejarah yang panjang, Indonesia juga memiliki banyak situs peninggalan sejarah, yang telah dilindungi pemerintah sebagai cagar budaya. Namun, belum banyak orang yang tahu, berbagai situs sejarah yang ditemukan di Indonesia ternyata memiliki kesamaan dari segi bentuk. Berikut 5 bangunan prasejarah di dunia, yang ternyata ada di Indonesia.
The Magura Cave di Bulgaria dan Leang-leang di Sulawesi Selatan yang terletak di bagian timur laut Bulgaria berada di bukit kapur Rabisha yang ada di ketinggiab 461 mdpl. Di lokasi tersebut terdapat gua paling indah di Bulgaria. Memiliki panjang sekitar 2.500 meter, gua ini tak hanya menyuguhkan pemandangan alam yang menakjubkan, tetapi juga menjadi situs purba yang telah terbentuk lebih dari 15 juta tahun yang lalu. Seperti yang tertulis dalam situs travel resmi pemerintah Bulgaria, di dalam Magura Cave terdapat gua-gua prasejarah yang dilengkapi dengan lukisan pada dinding-dindingnya. Berbagai lukisan tersebut menggambarkan siluet perempuan yang sedang menari, dan laki-laki yang sedang berburu, hingga hewan dan alat-alat yang pernah mereka gunakan. Jika Anda pecinta sejarah dan ingin sekali mengunjungi The Magura Cave, tak perlu jauh-jauh ke Bulgaria. Sebab gua serupa juga ditemukan di Maros, Sulawesi Selatan. Gua yang oleh masyarakat sekitar dikenal dengan nama Leang-leang ini juga pernah menjadi tempat tinggal bagi manusia purba. Berada di perbukitan karts, Leang-leang juga dilengkapi dengan lukisan dinding purba. Lukisan-lukisan berupa telapak tangan dan hewan yang diklaim sudah ada sejak 8.000- 3.000 SM. Belum ada penelitian lebih lanjut, apakah lukisan yang hampir sama tersebut memiliki keterkaitan.
The Latte Stones, Mariana Island dan Waruga di Sulawesi Utara Kepulauan Mariana di bagian barat Samudera Pasifik yang berdekatan dengan Jepang merupakan lokasi ditemukannya The Latte Stones. The Latte Stones merupakan situs purba peninggalan zaman megalitikum. Bangunan ini memiliki tinggi sekitar 1,2 meter, yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang tegak dan bagian penyangganya. Latte Stones oleh masyarakat purba yang pernah hidup di lokasi tersebut berfungsi sebagai pilar penyangga rumah mereka. Uniknya meski rumah tersebut memiliki penyangga berupa batu, bagian atap rumah justru menggunakan jerami dan kayu. Rumah-rumah ini dahulu menjadi simbol kelas atas bagi orang yang menempatinya. Serupa namun tak sama, di Indonesia tepatnya di Minahasa juga terdapat bangunan yang menyerupai Latte Stones bernama Waruga. Meski bentuknya serupa, namun kedua bangunan ini memiliki fungsi yang jauh berbeda. Waruga oleh masyarakat Minahasa tempo dulu digunakan sebagai tempat menyimpan jenazah. Menurut peneliti sejarah, terdapat sekitar 2.000 waruga yang tersebar di Minahasa. Salah satu koleksi waruga terbanyak berada di Sawangan, Sulawesi Utara.
Easter Island (Rapa Nui), Chile dan Ratu boko di Yogyakarta tiap wilayah yang terisolasi tentu memiliki daya magisnya tersendiri. Begitu juga dengan secuil wilayah yang ada di Cile ini. Masyarakat Amerika menyebutnya dengan Pulau Paskah. Lebih dari sekadar tempat untuk melakukan aktivitas menyelam, Pulau Paskah juga menjadi museum terbuka bagi masyarakat dunia. Sebab di lokasi ini terdapat berbagai artefak pra-sejarah berupa monumen batu yang masih berdiri hingga saat ini. Keindahan Pulau Paskah dengan monumen batunya, tentu akan mengingatkan Anda dengan situs Ratu Boko yang ada di pedalaman Yogyakarta. Berlokasi di Dusun Dawung, Desa Bokoharjo, Sleman, Yogyakarta, Ratu Boko menjadi situs sejarah yang menarik banyak kunjungan wisatawan. Yang menarik dari Ratu Boko adalah anggapan bahwa lokasi tersebut merupakan bekas komplek keraton. Hal ini dibuktikan dengan penamaan bangunan yang umumnya terdapat di dalam keraton, seperti paseba, kaputren, dan pendapa.(rul)