BEKASI, BogorOnline.com – Advokat muda dan cantik, Mila Ayu kembali memperjuangkan bagi korban perundungan dan Bullying yang dialami oleh seorang siswa SDN 9 Swadaya Jatimulya, Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat, yakni FAA (12).
FAA diketahui tak hanya menjadi korban perundungan dan Bullying, bahkan korban siswa itu mengalami cedera parah akibat perundungan oleh lima teman sekelasnya. Bahkan, kaki FAA mesti diamputasi.
Pada akhirnya, kejadian naas itu mendapat perhatian Dari Lawfirm Mila Ayu Dewata Sari & Co Para Selebrity serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudritek).
Mila Ayu Dewata Sari bersama tim yaitu Kumala Sari Muslimah (Barbie Kumala Sari), Roberto Sihotang, Prayitno Priyo Sembodo, Rima Rantikasari, dan Gillian Joan Fernando mengatakan, jika pihaknya sudah membawa surat kuasa dari ibunda FAA dari korban perundungan dan Bullying tersebut.
“Tertanggal hari ini, saya dan tim akan memgawal kasus ini secara PROBONO (tanpa memungut biaya) untuk mendapatkan keadilan seadil-adilnya,” kata Mila Ayu dalam keterangannya kepada wartawan media ini, Selasa (31/10/23).
Ia juga menyampaikan, kepada masyarakat atas kekecewaan Diana Novita ibu dari sang Korban, yaitu kurangnya tanggung jawab dari pihak sekolah. Sementara, untuk Laporan (LP) di Unit PPA Polres Bekasi yang belum ada pergerakan apapun untuk menindak para pelaku bullying ini.
“Dan respon keluarga, diduga pelaku yang seolah-olah menyepelekan kejadian ini. Serta, satu hal besar yang ingin saya sampaikan adalah memberikan Edukasi kepada masyarakat untuk STOP BULLYING dan PERUNDUNGAN kepada siapapun,” tegas dia.
“Karena akibatnya, sangat luar biasa fatal. Bagaimana nasib masa depan korban (FAA), anak yang dilahirkan normal selama 12 tahun, kini harus menelan kepahitan karena harus kehilangan salah satu kakinya. Padahal (FAA) adalah anak yang berprestasi di beberapa bidang,” sambung Mila.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya memohon peran serta pemerintah, Kemendikbudritek, kepolisian, KPAI dan masyarakat bisa berperan aktif dalam menangani kasus ini. Pasalnya, ini bukan kasus sepele yang bisa di kesampingkan.
“Harapan saya kasus seperti ini cukuplah terjadi terakhir kalinya pada (FAA) jangan lagi ada korban-korban lainnya. Kami tidak peduli sekuat apapun background keluarga pelaku, keadilan tetap harus di tegakkan karena setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan perlindungan hukum yang sama,” jelasnya perngacara wanita yang juga merupakan seorang vocalis dan juga pelaku seni dengan nama panggung Mila Cheah itu.
Sementara itu, Ibu Korban Perundungan dan Bullying, Diana Novita menceritakan, kronologi kejadian saat itu, yang mana FAA berada di kelas dan diajak lima temannya untuk jajan di luar sekolah.
Saat itu, FAA yang tengah berjalan diselengkat atau ditendang oleh temannya dari arah belakang, sehingga menyebabkan korban terperosok jatuh dengan kondisi luka di bagian tangan dan memar pada dengkul kaki.
Ironisnya, teman-temannya itu bukan menolong tapi justru menertawakan dan mengolok-oloknya seraya mengancam agar tidak menceritakan kejadian tersebut, baik ke orang tua maupun guru.
“Aksi bullying tersebut, berlanjut hingga kembali ke kelas kendati teman-temannya melihat FAA tengah kesakitan,” beber dia.
Lebih lanjut Diana memaparkan, hari-hari berikutnya perundungan terus berlanjut. Aksi itu baru diketahui dirinya, tiga hari pasca kejadian saat FAA tak bisa bangun dari tempat tidurnya karena sakit di bagian kaki.
FAA, kata dia, saat itu bahkan masih menutup-nutupi apa yang dialaminya lantaran ketakutan karena diancam oleh teman-temannya. “Akhirnya saya paksa untuk mengaku dan saya kaget dengan apa yang terjadi dan dialami anak saya,” ucap Diana.
Atas kejadian ini, Diana sudah menemui pihak sekolah agar dipertemukan dengan keluarga pelaku. Namun, yang dialami anaknya justru seolah diremehkan dan kejadian bullying tersebut dianggap hanya bagian dari bercandaan antar teman.
“Saya sangat kecewa dengan kondisi anak saya yang sedang sakit dan harus terus menjalani pengobatan tapi dianggap bukan sesuatu yang buruk. Aksi bullying yang dilakukan teman-temannya di kelas juga dianggap hanya sebuah bercandaan,” sebut Diana.
Diana mengaku, upaya pengobatan dari dokter di RS Dharmais memutuskan melakukan tindakan operasi amputasi karena kondisi kaki FAA yang dalam observasi terakhir di diagnosis kanker tulang. Hasil pemeriksaan sebelumnya di RS Hermina, diagnosis berupa infeksi bagian dalam.
Upaya mencari opsi lain sebelum dilakukan tindakan operasi ke sejumlah RS lain. Seperti RS Pondok Indah dan RS Cipto Mangunkusumo juga. Lantaran kondisi kaki Fatir yang terus memburuk tindakan amputasi harus dilakukan dan dirujuk ke RS Dharmais.
“Informasi dari dokter, benturan dan cedera yang dialami Fatir memicu aktif munculnya kanker tulang dan sekarang sudah menyebar dan terjadi pendarahan, jadi harus diamputasi,” tukas Diana.