BOGORONLINE.com – Di kaki Gunung Salak, tepatnya di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, kehidupan berdetak dengan irama yang unik. Di sini, di antara pepohonan rimbun dan udara sejuk pegunungan, sebuah Zamrud energi menjadi nyawa bagi masyarakat setempat. Zamrud itu bernama Pertalite.
Bagi warga Tamansari, Pertalite bukan sekadar bahan bakar. Ia bagaikan urat nadi yang mengalirkan denyut kehidupan ke seluruh penjuru wilayah. Setiap tetesnya adalah harapan, setiap liternya adalah kesempatan untuk menggerakkan roda ekonomi yang terus berputar, tak peduli medan yang menantang. Kehadiran Pertalite telah menjadi katalisator perubahan di wilayah ini, mengubah cara hidup dan membangun semangat baru di antara warga yang selama ini bergantung pada sumber daya lokal.
Pagi hari di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) bernomor 35.156.01 Ciapus Buniaga, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor selalu diwarnai dengan antrian kendaraan yang menunggu SPBU ini memulai aktivitasnya. Mulai dari sepeda motor, mobil, hingga angkutan umum, semua menunggu giliran untuk mengisi tangki mereka. Para pengendara bersiap menjelajahi berbagai wilayah di daerah ini, dari pegunungan hingga pusat kota.
Sementara itu, para pedagang bersiap menempuh perjalanan ke pasar-pasar di Kota Bogor, membawa hasil bumi segar dari kaki Gunung Salak untuk dijual. Sayuran hijau, buah-buahan, dan produk lokal lainnya menjadi salah satu sumber pendapatan utama warga Tamansari, dan Pertalite adalah faktor penting yang memungkinkan distribusi produk-produk ini berjalan lancar.
Rizky, seorang pekerja serabutan yang setiap hari mengandalkan motornya untuk mengantarkan anaknya ke sekolah dan bekerja, merasakan betul manfaat dari kehadiran Pertalite.
“Tanpa Pertalite, kami seperti kehilangan semangat hidup. Ini bukan cuma soal bahan bakar, tapi soal bisa atau tidaknya kami menghidupi keluarga,” ungkap Rizky, Senin (14/10/2024).
Bagi Rizky dan banyak warga lainnya, Pertalite adalah sesuatu yang jauh lebih dari sekadar bahan bakar, ini adalah sumber harapan, yang memungkinkan mereka untuk tetap produktif dalam kesehariannya.
Sebelum kehadiran SPBU di wilayah Tamansari, warga harus menempuh perjalanan jauh ke kota hanya untuk mengisi bahan bakar. SPBU terdekat sebelumnya berada di Kecamatan Ciomas, namun SPBU tersebut pernah berhenti operasional, sehingga masyarakat Tamansari semakin merasakan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar.
Sebagian warga memilih membeli di kios bensin eceran, tetapi harga yang lebih mahal dan kualitas yang sering kali diragukan membuat banyak orang merasa enggan. Kini, dengan adanya SPBU ini, energi itu ada di depan mata, mempermudah warga untuk bergerak dan mengejar mimpi-mimpi mereka.
Namun, tidak selalu lancar. Kehidupan di kaki Gunung Salak sering kali dihadapkan dengan tantangan-tantangan tak terduga. Terkadang, SPBU harus tutup karena berbagai alasan, mulai dari keterlambatan pasokan hingga masalah teknis.
Saat itulah warga merasakan betapa pentingnya Pertalite bagi mereka. Mereka rela mengantri menunggu SPBU kembali beroperasi, demi mendapatkan bahan bakar yang menjadi salah satu penentu keberlangsungan aktivitas harian.
“Kami tidak keberatan untuk menunggu, karena kami tahu, setiap tetes Pertalite ini adalah kesempatan kami untuk terus maju, untuk terus menggerakkan ekonomi keluarga,” kata Erni, seorang ibu rumah tangga yang juga merasakan manfaat dari keberadaan SPBU ini.
Di saat suaminya harus pergi ke kota untuk bekerja, Erni sering kali menggunakan motornya untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari dan mengantarkan anaknya ke sebelah Kantor Kecamatan untuk berlatih Olahraga Bulu Tangkis.
“Tanpa Pertalite, semua ini terasa mustahil,” tukasnya.
Pertalite bukan hanya bahan bakar untuk kendaraan. Di Tamansari, Pertalite adalah simbol perubahan dan kemajuan. Ia adalah katalis yang menggerakkan seluruh aspek kehidupan, dari ekonomi, pendidikan, hingga kegiatan sosial. Setiap liter Pertalite yang dibeli dan digunakan warga adalah bukti nyata bahwa energi memiliki peran penting dalam mendukung kesejahteraan masyarakat.
Kisah Pertalite di Tamansari adalah cermin bagaimana energi bisa menjadi katalis perubahan. Di tanah yang subur ini, Pertalite bukan sekadar bahan bakar fosil. Ia adalah bahan bakar mimpi, penggerak harapan, dan pemercepat kemajuan. Melalui kehadiran Pertalite, slogan “Energizing the Acceleration” menjadi nyata di Tamansari. Setiap liter yang mengalir adalah dorongan bagi warga untuk terus bergerak maju, mengakselerasi kehidupan mereka menuju masa depan yang lebih cerah.
Peran Pertalite dalam menggerakkan perekonomian lokal semakin terlihat jelas di saat musim panen tiba. kendaraan pengangkut hasil bumi dari pertanian di sekitar kaki Gunung Salak bergantung penuh pada ketersediaan bahan bakar ini. Tanpa Pertalite, distribusi produk-produk pertanian ini akan tersendat, dan para petani pun akan kesulitan menjual hasil panen mereka ke pasar-pasar di wilayah Bogor dan sekitarnya. Oleh karena itu, keberadaan SPBU di Ciapus Buniaga Tamansari sangat penting dalam menjaga rantai distribusi tetap berjalan.
Di kaki Gunung Salak, Zamrud bernama Pertalite terus berkilau, menjadi saksi bisu perjuangan dan tekad warga Tamansari dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Ini adalah bukti bahwa kadang, hal-hal sederhana bisa menjadi kunci perubahan besar dalam kehidupan masyarakat. Bagi warga Tamansari, Pertalite adalah Zamrud yang tak hanya memberikan energi fisik, tetapi juga energi semangat untuk terus melangkah ke depan, menjelajahi hari-hari yang penuh tantangan dengan optimisme.